30 Days Drawing Challenge - Day 13 : Fairytale
Reviewed by kirdianis
on
October 29, 2015
Rating: 5
Drawing : Floral Mandala
Reviewed by kirdianis
on
October 28, 2015
Rating: 5
Drawing : Full Page Mandala
Reviewed by kirdianis
on
October 27, 2015
Rating: 5
Drawing : The Tin-Can Phone
Reviewed by kirdianis
on
October 24, 2015
Rating: 5
Plot
By kirdianis
Read
Bocah kecil yang sedang mengoceh sendiri, mungkin dia sedang bernyanyi atau mengajak ngobrol barang dagangan sang ibu dengan polosnya. Sedang sang ibu penjual pernak pernik malioboro dengan pandangan yang berarti menunggu. Menunggu seorang mampir.
Beberapa turis dengan kamera dan seorang temannya, mereka memandang ke semua, menyisir sepanjang jalan, kadang ke sebelah kanan, kemudian kiri, kadang ke atas. Tawa dan senyum. Mata mereka berbinar.
Mereka sedang meramu kenangan dalam benaknya.
Kelompok seniman jalanan dengan alat musik uniknya. Di pinggir jalan. Di tengah kerumunan penonton. Musik, tawa, dan lenggak-lenggok penarinya. Mereka pemusik dan dia penari yang ramah.
Mereka sedang meramu kenangan dalam benaknya.
Kelompok seniman jalanan dengan alat musik uniknya. Di pinggir jalan. Di tengah kerumunan penonton. Musik, tawa, dan lenggak-lenggok penarinya. Mereka pemusik dan dia penari yang ramah.
Seorang bapak turis dengan putrinya, menjajal sebuah topi berwarna krem, melempar tawa kepada bapak penjualnya, mungkin beliau sedang sedang bertanya harga, atau tawar-menawar, atau apa. Beliau saling bergurau. Putrinya hanya tersenyum melihat kedua bapak di depannya. Aku juga. Ikut tersenyum.
Sapaan dan guyonan-guyonan kecil antara pedagang sate dengan bapak pemungut sampah. Antara penari jalanan dengan bapak tukang ronde yang lewat dengan gerobaknya. Mereka saling kenal dan dekat. Sama-sama berbagi rejeki di lokasi yang sama. Rekan kerja.
Seorang pengamen jalanan bersama seorang temannya dengan ukulele. Menyanyikan lagu yang terngiang-ngiang sepanjang waktu. Kali ini lagu mereka sendiri. Tentang Jogja dan turis-turis asingnya. Bagus? Iya bagus. Lagu yang tidak banyak riasan agar terdengar bagus. Hanya sederhana, tapi pure.
Lagu yang punya jiwa dan bercerita dengan sederhana.
Di bawah pohon.
Mereka. Yang duduk dengan buku sketch-nya. Aku tersenyum lagi.
I'm sketching too.
Seorang pengamen jalanan bersama seorang temannya dengan ukulele. Menyanyikan lagu yang terngiang-ngiang sepanjang waktu. Kali ini lagu mereka sendiri. Tentang Jogja dan turis-turis asingnya. Bagus? Iya bagus. Lagu yang tidak banyak riasan agar terdengar bagus. Hanya sederhana, tapi pure.
Lagu yang punya jiwa dan bercerita dengan sederhana.
Di bawah pohon.
Mereka. Yang duduk dengan buku sketch-nya. Aku tersenyum lagi.
I'm sketching too.
Plot
Reviewed by kirdianis
on
October 11, 2015
Rating: 5
Asia Tri Jogja 2015 - 2 : Selama Pertunjukan
By kirdianis
Read
Acara dimulai seperti biasa saya langsung fokus menikmati pertunjukan. Hehe :)
Malam tersebut acara dimeriahkan oleh pertujukan Topeng Losari (Cirebon), Tomomi Yokosuka (Jepang), Kinanti Sekar Rahina (Jogja) , Mao Arata (Jepang), Nirmana45 (Jogja), Nidance (Solo), Eri Ersandi feat Gigin (Jogja) dan Svara Samsara (Jakarta).
Di bawah ini adalah foto-foto yang sempat saya ambil dengan kamera poket saya selama pertunjukan.
Pertunjukan pertama adalah Topeng Losari Cirebon :
Nidance Solo :
Eri Ersandi feat Gigin :
Yang terakhir adalah penampilan musik dari Svara Samsara :
Acara selesai jam sekitar jam 22.30. Walaupun tempat acara cukup jauh dari rumah saya, tapi tidak mengecewakan. Nice-lah! Suka sekali! :)
Malam tersebut acara dimeriahkan oleh pertujukan Topeng Losari (Cirebon), Tomomi Yokosuka (Jepang), Kinanti Sekar Rahina (Jogja) , Mao Arata (Jepang), Nirmana45 (Jogja), Nidance (Solo), Eri Ersandi feat Gigin (Jogja) dan Svara Samsara (Jakarta).
Di bawah ini adalah foto-foto yang sempat saya ambil dengan kamera poket saya selama pertunjukan.
Pertunjukan pertama adalah Topeng Losari Cirebon :
Kinanti Sekar Rahina yang membawakan tarian dan teatrikal berjudul "Air Mata Kunthi" yang bercerita tentang kisah lahirnya Karna anak Dewa Surya dan Kunthi :
Mao Arata dari Jepang :
Nidance Solo :
Eri Ersandi feat Gigin :
Yang terakhir adalah penampilan musik dari Svara Samsara :
Acara selesai jam sekitar jam 22.30. Walaupun tempat acara cukup jauh dari rumah saya, tapi tidak mengecewakan. Nice-lah! Suka sekali! :)
Asia Tri Jogja 2015 - 2 : Selama Pertunjukan
Reviewed by kirdianis
on
October 06, 2015
Rating: 5
Asia Tri Jogja 2015 - 1 : Menunggu Acara Dimulai
By kirdianis
Read
Sehari setelah event JISP selesai, giliran acara Asia Tri Jogja yang dihelat. Kedua acara tersebut memang selalu hadir bersama. Jika sebentar lagi ada JISP, itu artinya setelahnya akan ada Asia Tri Jogja.
Tahun ini acara Asia Tri Jogja diadakan dari 28 September hingga 30 September 2015 di Omah Petroek, daerah Hargobinangun Pakem Sleman Yogyakarta, sekitar Jalan Kaliurang km 21. Acara ini mirip dengan JISP berupa pertunjukan seni dari berbagai tempat dan negara.
Inilah kali pertama saya menyambangi event tersebut. Haha. Sebelum di omah petroek, tahun-tahun sebelumnya diadakan di ullen sentalu daerah kaliurang, di ujung utara Jogja sana.
Kali ini saya mengajak adik saya. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 17.30 pada 30 September 2015 (the last day) . Iyaa, kami memilih berangkat ketika hari masih sedikit terang karena kami belum begitu tahu tempatnya di mana dan harus mencarinya terlebih dahulu. Sekitar Jl. Kaliurang km 21 saya menemukan baliho besar acara tersebut, kemudian saya berbelok ke arah jalanan jika kita ingin pergi ke museum gunung merapi. Jalanan membuat saya sedikit was-was karena agak sedikit mengerikan, agak sepi dan gelap sih >,<. Kemudian pada sebuah persimpangan jalan kecil saya menemukan lampu-lampu tradisional dengan nyala apinya sepanjang jalan. Sepertinya jalan ke arah acara Asia Tri berbelok ke sini deh, kata saya dalam hati. Kemudian saya berbelok mengikuti lampu-lampu tersebut. Kami ditemani lampu-lampu kecil yang berjejer di sepanjang jalanan, cantik sekali :), so sweet lampunya, hehe, jalanan tidak mengerikan lagi :D fiuh..
Akhirnyaaa :), sampailah juga kami di Omah Petroek. Saya sudah lama ingin sekali datang ke acara Asia Tri dan baru kesampaian tahun ini.
Di sana masih sepi parkiran masih satu dua motor (ya iyalah, masih sekitar jam 18.00 saat itu dan acara masih nanti sekitar jam 19.30). Sembari menunggu kami berkeliling dulu di sekitar Omah Petroek sambil mencari mushola untuk sholat maghrib. Tempatnya bagus :) etnik sekali, banyak terdapat rumah tradisional, ditata sedemikian rupa, dengan taman dan pohon-pohon di sekitarnya yang membuat rasanya semakin asri dan tenang.
As usual, sudah ada para penyuka fotografi yang sudah siap-siap mencari posisi yang oke untuk berburu momen.
Saya sudah duduk di tempat yang cukup nyaman untuk menikmati pertunjukan. Kali ini saya memilih untuk lesehan. Tak berapa lama seorang ibu-ibu ramah datang kemudian megajak duduk di bagian agak depan bersama dengan sekelompok yang sudah siap mencari momen cantik dalam pertunjukan. Ngobrolah saya dengan ibu tersebut, beliau cerita bahwa beliau sedang mengantar anaknya yang akan tampil juga di malam tersebut. Tak berapa saat para pengunjung yang juga ingin menonton berdatangan, depan panggung menjadi ramai mendadak.
Datanglah seorang yang dikenal ibu tersebut dan mengobrol juga dengan beliau. Dalam hati, kok sepertinya mukanya tidak asing ya.. saya pernah ketemu di mana, melihat orang tersebut sambil mengingat-ingat, atau apa saya yang salah? Tiba-tiba orang tersebut juga melihat saya dengan ekspresi yang sama. Hahaha. "Kok kayak gak asing ya, aduh pernah ketemu dimana ya. hahaha", katanya. "Iyaaa iyaaa, tapi aku juga lupa. hahaha", kataku menimpali. Ternyata bukan saya yang salah, kata saya dalam hati hahaha. Kami sama-sama berpikir mengingat-ingat. Tiba-tiba, "Kujaaaanggg!!", kata kami bersamaan kemudian kami tertawa. Si Ibu ikut tertawa. "Ealaah.. sini-sini tukeran tempat duduk po? biar bisa ngobrol, hahaha", kata si ibu sambil tertawa hahaha. Iyaaaa, kami pernah pernah bertemu di tes PT Pupuk Kujang beberapa bulan yang lalu, sama-sama menjadi peserta dan sama-sama tidak lolos. Hahaha. Teman saya tersebut kalau tidak salah dari UI. Alhasil ngobrolah kami saling menanyakan kabar masing-masing dan lain-lain hahaha sesama jobseeker galau. Dunia sempit sekali lah hahaha. Tidak menyangka bisa bertemu lagi di acara seperti ini. Hahaha. Di sana dia sedang menemani adiknya, iya adiknya bersekolah di Jogja, dan tampil juga malam itu. Jangan-jangan adiknya itu anak ibu tersebut yang juga tampil hahaha.
Tak berapa lama datanglah mas dan mbak heboh yang tiba-tiba datang dan mengisi tempat kosong di depan saya dan adik saya. Mereka anggota rombongan di depan kami yang baru datang. Hiks.. rambutnya si mas menutupi pandangan, secara gondrong dan mengembang. Kasak kusuk adik saya nyeletuk, "hiks..". Hahaha lalu si mas gondes menengok ke belakang, "Wadu maaf ya mbak, ketutupan ya?", katanya. Adikku bilang, "iya ketutupan rambut". Saya tiba-tiba tertawa, mbak yang bersama masnya juga tertawa. Akhirnya si mas dan mbak menawarkan tukeran posisi, dan alhamdulillah kami sama-sama dapat tempat yang sama-sama bisa menonton pertunjukan dengan nyaman. "Iya mbak, ya maklum ini rambutnya gondes, jadi nutupin, maaf ya", kata si masnya. Hahaha kami ngakak bersama, si masnya ngelawaklah. Ealah..
Tak berapa lama host acara membuka acara pada malam itu. Selama pertunjukan bisa dilihat disini
Tahun ini acara Asia Tri Jogja diadakan dari 28 September hingga 30 September 2015 di Omah Petroek, daerah Hargobinangun Pakem Sleman Yogyakarta, sekitar Jalan Kaliurang km 21. Acara ini mirip dengan JISP berupa pertunjukan seni dari berbagai tempat dan negara.
Inilah kali pertama saya menyambangi event tersebut. Haha. Sebelum di omah petroek, tahun-tahun sebelumnya diadakan di ullen sentalu daerah kaliurang, di ujung utara Jogja sana.
Kali ini saya mengajak adik saya. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 17.30 pada 30 September 2015 (the last day) . Iyaa, kami memilih berangkat ketika hari masih sedikit terang karena kami belum begitu tahu tempatnya di mana dan harus mencarinya terlebih dahulu. Sekitar Jl. Kaliurang km 21 saya menemukan baliho besar acara tersebut, kemudian saya berbelok ke arah jalanan jika kita ingin pergi ke museum gunung merapi. Jalanan membuat saya sedikit was-was karena agak sedikit mengerikan, agak sepi dan gelap sih >,<. Kemudian pada sebuah persimpangan jalan kecil saya menemukan lampu-lampu tradisional dengan nyala apinya sepanjang jalan. Sepertinya jalan ke arah acara Asia Tri berbelok ke sini deh, kata saya dalam hati. Kemudian saya berbelok mengikuti lampu-lampu tersebut. Kami ditemani lampu-lampu kecil yang berjejer di sepanjang jalanan, cantik sekali :), so sweet lampunya, hehe, jalanan tidak mengerikan lagi :D fiuh..
Akhirnyaaa :), sampailah juga kami di Omah Petroek. Saya sudah lama ingin sekali datang ke acara Asia Tri dan baru kesampaian tahun ini.
Di sana masih sepi parkiran masih satu dua motor (ya iyalah, masih sekitar jam 18.00 saat itu dan acara masih nanti sekitar jam 19.30). Sembari menunggu kami berkeliling dulu di sekitar Omah Petroek sambil mencari mushola untuk sholat maghrib. Tempatnya bagus :) etnik sekali, banyak terdapat rumah tradisional, ditata sedemikian rupa, dengan taman dan pohon-pohon di sekitarnya yang membuat rasanya semakin asri dan tenang.
As usual, sudah ada para penyuka fotografi yang sudah siap-siap mencari posisi yang oke untuk berburu momen.
Saya sudah duduk di tempat yang cukup nyaman untuk menikmati pertunjukan. Kali ini saya memilih untuk lesehan. Tak berapa lama seorang ibu-ibu ramah datang kemudian megajak duduk di bagian agak depan bersama dengan sekelompok yang sudah siap mencari momen cantik dalam pertunjukan. Ngobrolah saya dengan ibu tersebut, beliau cerita bahwa beliau sedang mengantar anaknya yang akan tampil juga di malam tersebut. Tak berapa saat para pengunjung yang juga ingin menonton berdatangan, depan panggung menjadi ramai mendadak.
Datanglah seorang yang dikenal ibu tersebut dan mengobrol juga dengan beliau. Dalam hati, kok sepertinya mukanya tidak asing ya.. saya pernah ketemu di mana, melihat orang tersebut sambil mengingat-ingat, atau apa saya yang salah? Tiba-tiba orang tersebut juga melihat saya dengan ekspresi yang sama. Hahaha. "Kok kayak gak asing ya, aduh pernah ketemu dimana ya. hahaha", katanya. "Iyaaa iyaaa, tapi aku juga lupa. hahaha", kataku menimpali. Ternyata bukan saya yang salah, kata saya dalam hati hahaha. Kami sama-sama berpikir mengingat-ingat. Tiba-tiba, "Kujaaaanggg!!", kata kami bersamaan kemudian kami tertawa. Si Ibu ikut tertawa. "Ealaah.. sini-sini tukeran tempat duduk po? biar bisa ngobrol, hahaha", kata si ibu sambil tertawa hahaha. Iyaaaa, kami pernah pernah bertemu di tes PT Pupuk Kujang beberapa bulan yang lalu, sama-sama menjadi peserta dan sama-sama tidak lolos. Hahaha. Teman saya tersebut kalau tidak salah dari UI. Alhasil ngobrolah kami saling menanyakan kabar masing-masing dan lain-lain hahaha sesama jobseeker galau. Dunia sempit sekali lah hahaha. Tidak menyangka bisa bertemu lagi di acara seperti ini. Hahaha. Di sana dia sedang menemani adiknya, iya adiknya bersekolah di Jogja, dan tampil juga malam itu. Jangan-jangan adiknya itu anak ibu tersebut yang juga tampil hahaha.
Tak berapa lama datanglah mas dan mbak heboh yang tiba-tiba datang dan mengisi tempat kosong di depan saya dan adik saya. Mereka anggota rombongan di depan kami yang baru datang. Hiks.. rambutnya si mas menutupi pandangan, secara gondrong dan mengembang. Kasak kusuk adik saya nyeletuk, "hiks..". Hahaha lalu si mas gondes menengok ke belakang, "Wadu maaf ya mbak, ketutupan ya?", katanya. Adikku bilang, "iya ketutupan rambut". Saya tiba-tiba tertawa, mbak yang bersama masnya juga tertawa. Akhirnya si mas dan mbak menawarkan tukeran posisi, dan alhamdulillah kami sama-sama dapat tempat yang sama-sama bisa menonton pertunjukan dengan nyaman. "Iya mbak, ya maklum ini rambutnya gondes, jadi nutupin, maaf ya", kata si masnya. Hahaha kami ngakak bersama, si masnya ngelawaklah. Ealah..
Tak berapa lama host acara membuka acara pada malam itu. Selama pertunjukan bisa dilihat disini
Asia Tri Jogja 2015 - 1 : Menunggu Acara Dimulai
Reviewed by kirdianis
on
October 06, 2015
Rating: 5
Big Sale Buku Terbitan Gramedia :D
By kirdianis
Read
Percaya tidak kalau buku-buku di atas saya beli dengan total 110 ribu rupiah? hehehe. Bukunya Jim Collins paling bawah itu saya beli dengan harga Rp 40.000 yang harga aslinya adalah Rp 118.000. Kemudian 5 buku di atasnya harganya adalah sekitaran Rp 10.000 dan Rp 20.000.
Bahagia banget gak tuh. hahaha.
Iyaaaa. Jadi, di daerah dekat rumah saya sedang ada Big Sale buku-buku terbitan Gramedia gitu. Itu semacam open warehouse-nya. Harganya dibanting gila-gilaan. Lumayan banget. hahaha
Jadi, kita ke gudang bukunya dipilih dipilih dipilih mana yang disuka. hehe. Buku-buku tersebut rata-rata cetakan 4 tahun yang lalu dan sekitarnya (soalnya saya sempat dapat cetakan tahun 2011 sih). Kalau mau cari yang cetakan baru seperti 2015 dan sekitarnya ya tidak ada (saya juga belum ketemu yang tahun dekat-dekat seperti 2012 atau 2013, atau memang tidak ada). Kalau mau cari yang cetakan teranyar mah langsung ke toko Gramedia saja. Oh iya, Paulo Coelho yang saya beli itu cetakan tahun 2009, lihat saja cover bukuya masih cover cetakan yang lama, kalau yang cetakan terbaru tidak seperti itu. Tapi tetep lumayan bangetlah, tidak jadi masalah sih cover-nya cover lama, toh isinya sama dengan yang baru. haha. Itu harganya Rp 10.000, edan kan? Ada juga tuh novel tebal punya Stephenie Meyer seperti "The House", mungkin bisa jadi kalau yang seperti itu harganya sekitar Rp 40.000 - 50.000 lah. Soalnya saya lihat di tulisan di kasir maksimal Rp 50.000. Lebih edan tadi mas-mas beli buku harganya Rp 5.000 doang. Hahaha
Sebenarnya masih ada yang saya pengen beli di sana, tapi hm.. kendalikanlah nafsu duniawimu, nak..hahahaha *hayah* (sambil membayangkan tumpukan buku yang menunggu untuk dibaca menjadi meninggi ditambah yang saya beli ini). Semoga besok masih kebagian buku lain yang saya pengen itu. Ini tadi saya membeli yang kira-kira keberadaannya dikhawatirkan lenyap dalam waktu dekat (secara melihat jumlahnya menipis, tinggal segelintir).
Yuhuu.. selamat memborong buku dan selamat membaca \(^o^)/
Big Sale Buku Terbitan Gramedia :D
Reviewed by kirdianis
on
October 03, 2015
Rating: 5
Enjoying Jogja International Street Performance (JISP) 2015 :)
By kirdianis
Read
Jogja International Street Performance (JISP) merupakan acara seni dan budaya yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta. Annual event ini menyajikan penampil-penampil tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia tapi juga dari negara-negara lain. Ditampilkan pertunjukan tarian baik yang etnik maupun kontemporer, musik juga pawai.
Tahun 2015 ini, JISP yang ditunggu-tunggu ini dihelat pada tanggal 25-26 September 2015. Untuk tempatnya adalah di benteng Vredeburg pada 25 September 2015 dan di sepanjang jalan Malioboro pada tanggal 26 September-nya. Menyajikan penampil-penampil tidak hanya dari Jogja sendiri tapi juga daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Cirebon, Papua, dan daerah yang lain; juga hadir penampil dari negara Jepang, Korea, Sri Langka, Ukraina, Malaysia, dan yang lain. Wah, salah satu acara yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya ini. Gak cuma mas dan mbak bule yang antusias, saya sendiri juga hehehe :D
Saya menonton pada acara opening JISP di Vredeburg tanggal 25 September 2015. Seusai maghrib saya berangkat dari rumah menuju TKP hehe. Wuhuu.. semangat! hihi.
Sampai di tempat, panggung masih gelap (hahaha ya karena memang belum mulai acaranya), mas-mas penghobi fotografi sudah siap-siap cari spot untuk meletakkan tripodnya dan bersiap dengan kameranya untuk menangkap momen ketika acara berlangsung nanti. Saya juga begitu, sudah bersiap-siap di tempat duduk untuk menonton hahaha (yes! dapat kursi jadi tidak perlu berdiri :p).
Penampilan panggung pada opening JISP 2015 malam itu meliputi Didi Nini Towok (Jogja), 3 penampilan penari asal Jepang, lalu Sri Langka, Korea, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan PLT Bagong Kusudiardja.
Setelah acara dibuka oleh seorang bapak. Penampilan di awali dengan pertunjukan tari oleh seniman tari asal Jogja ini, siapa lagi kalau bukan Didi Nini Towok. Favorit sekali dengan beliau. Pertunjukan tarinya selalu menarik dan menghibur, hahaha, soalnya ada unsur komedinya.
Selanjutnya dilanjutkan oleh penampilan Rina Takahashi dari Jepang. Cantik eh si mbaknya dengan kimononya. Tarian yang dibawakan masih berbau etnik dan tradisional. Oh iyaaa, di tengah pertunjukan sempat tiba-tiba ada gempa kecil yang lumayan agak lama coba, kirain apa kok goyang-goyang, sekian detik baru sadar kalau ada gempa gegara bisik-bisik sebelah-sebelah saya. Hoo.. untung yang tampil di panggung orang Jepang ya hehe sama-sama daerah gempa jadi sudah biasa hahaha (padahal mau siapapun yang di atas panggung pasti tetep profesional pasti, gak bakal panik juga kalau cuma karena gempa kecil).
Dilanjut dengan penampilan asal Sri Langka yaitu Ranranga Dance Academy (kalau tidak salah dengar). Pertunjukan dari Sri Langka ini ramai terdiri dari banyak penari perempuan dan 5 penari laki-laki yang masih cukup muda (bukan cukup muda tapi memang masih muda, masih seusia bocah dan remaja). Para penari Sri Langka perempuan naik ke atas panggung dengan membawa cawan dengan bunga-bunga krisan putih, cantik bunganya ^^, wangi dupa berasal dari dupa-dupa di cawan-cawan tersebut. Btw, agak mirip-mirip India orang-orangnya dan olah tarinya juga mirip-mirip India (ya iyalah, tetangganya, piye to.. hahaha). Ini juga bagus hehe. Kalau yang ini jelas berbau etnik.
Setelah dari Sri Langka, giliran performer asal Korea yang tampil selanjutnya. Tapi ini bukan K-Pop loh hahaha. Mereka menampilkan semacam tari kontemporer. Jangan tanya saya apa artinya. Saya juga tidak begitu tahu, nanti dibilang sok tau. Yang saya tahu itu, mereka sedang mengekspresikan seni dan rasa yang meluap-luap, hohoho. Beberapa kalau melihat tari kontemporer merasa agak absurd tariannya. Ya memang kelihatannya begitu, tapi susah loh, setiap gerakannya itu cukup menguras tenaga, walaupun misal cuma diulang-ulang, apalagi kalau ada slow motion-nya dengan posisi yang susah. Tapi menurutku wow, saya tidak bisa tidak menikmatinya. Jelas beda dengan yang etnik tapi untuk tarian yang beberapa ada yang bilang absurd ini ada seni tersendirinya juga yang unik. Untuk yang Korea ini kebetulan saya cuma ambil poto saat awal masuk saja.
Penampil kelima, asal Jepang lagi, Minoru Hideshima. Ini saya suka. Ada semi teatrikalnya. Yang saya tangkap setiap gerakan Hideshima ada artinya, gerakan dan gimiknya sesuai dengan musiknya, lirik di musiknya. Dan saya merasa wow lagi, ini rasa seni yang beda lagi.
Yang saya heran adalah si mbak-mbak Jepangnya, itu gak pegel apa posisi badannya itu posisi yang capek banget loh itu dan di posisi itu lama, sekali-kali bergerak dengan lambat, tapi tetep >,< saya melihatnya saja rasanya, "hooooo, gilak itu pegel banget itu kalau aku, gak bisa tahan pasti sudah". Nice bangetlah si mbak-mbak Jepangnya. Mantap. Hideshima-nya juga oke sekali. Dua-duanya oke. :D
Sayangnya saya tidak membawa kamera poket saya jadi tidak bisa nge-zoom sampai terlihat ekspresinya. Saya suka dengan mimik muka performer saat tampil menari. Ekspresi mukanya menyenangkan hati. :)
Dilanjut pertunjukan dari Suhaimi Mugi asal Malaysia yang membawakan tarian berbau-bau melayu. Kemudian Tambak Bajai dari Kapuas Kalimantan Tengah. Lalu Mahelat Lebo-Barito Kuala dari Kalimantan Selatan. Pertunjukan asal Kalimantan ini seru banget. Lengkap propertinya dari gamelan dan penabuhnya, tombak, perisai, kain-kain panjang yang mendukung tariannya. Rame dan bagus :)
Menjelang akhir performance adalah penampilan dari Miho Konai dan Shigeki Yamada asal Jepang. Jeng jeng jeng.. kaget dong, tiba-tiba si Shigeki Yamada masuk dengan celana sumo joget-joget koyo wong edan. Di awal doang, tenang saja, habis itu dia pakai baju lagi kok, Kawan. Eh sori ya.. yang bagian celana sumo tidak saya poto hahaha ojo kecewa. Yang saya poto bagian pertunjukan yang benerannya, pertunjukkannya Shigeki dan Miho. Kalau yang ini banyak gerakan slow motion-nya yang melelahkan sepertinya. Berbau-bau kontemporer. Bagus kok ^.^
Penampilan terakhir adalah persembahan dari PLT Bagong Kusudiardja membawakan tari kuda lumping dan lain-lain. Wah btw, Bagong Kusudiardja ini populer banget waktu jaman ambil seni tari SMP dulu, sering disebut di buku dan waktu pelajaran, eaaa nostalgila jaman SMP nari di pendopo sekolah pakai selendang sampur dan kipas *tsaahh saya dulu sempat nari to? sangar tenan, halah, hahahaha gak percaya. Lanjut. Hm.. sayangnya baterai hp saya sudah mau tewas. jadi penampilan terakhir ini tidak sempat terfoto.
Overall, semua pertunjukan yang dihadirkan nice banget. Saya suka etnik, saya juga suka kontemporer. Selalu mempesona mata dan hati saya *tsah. haha. Yang belum sempat nonton tahun ini, tidak perlu khawatir. Acara JISP ini tahunan kok. Jadi tahun depan bakal ada lagi.
Tahun 2015 ini, JISP yang ditunggu-tunggu ini dihelat pada tanggal 25-26 September 2015. Untuk tempatnya adalah di benteng Vredeburg pada 25 September 2015 dan di sepanjang jalan Malioboro pada tanggal 26 September-nya. Menyajikan penampil-penampil tidak hanya dari Jogja sendiri tapi juga daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Cirebon, Papua, dan daerah yang lain; juga hadir penampil dari negara Jepang, Korea, Sri Langka, Ukraina, Malaysia, dan yang lain. Wah, salah satu acara yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya ini. Gak cuma mas dan mbak bule yang antusias, saya sendiri juga hehehe :D
Saya menonton pada acara opening JISP di Vredeburg tanggal 25 September 2015. Seusai maghrib saya berangkat dari rumah menuju TKP hehe. Wuhuu.. semangat! hihi.
Sampai di tempat, panggung masih gelap (hahaha ya karena memang belum mulai acaranya), mas-mas penghobi fotografi sudah siap-siap cari spot untuk meletakkan tripodnya dan bersiap dengan kameranya untuk menangkap momen ketika acara berlangsung nanti. Saya juga begitu, sudah bersiap-siap di tempat duduk untuk menonton hahaha (yes! dapat kursi jadi tidak perlu berdiri :p).
Penampilan panggung pada opening JISP 2015 malam itu meliputi Didi Nini Towok (Jogja), 3 penampilan penari asal Jepang, lalu Sri Langka, Korea, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan PLT Bagong Kusudiardja.
Setelah acara dibuka oleh seorang bapak. Penampilan di awali dengan pertunjukan tari oleh seniman tari asal Jogja ini, siapa lagi kalau bukan Didi Nini Towok. Favorit sekali dengan beliau. Pertunjukan tarinya selalu menarik dan menghibur, hahaha, soalnya ada unsur komedinya.
Selanjutnya dilanjutkan oleh penampilan Rina Takahashi dari Jepang. Cantik eh si mbaknya dengan kimononya. Tarian yang dibawakan masih berbau etnik dan tradisional. Oh iyaaa, di tengah pertunjukan sempat tiba-tiba ada gempa kecil yang lumayan agak lama coba, kirain apa kok goyang-goyang, sekian detik baru sadar kalau ada gempa gegara bisik-bisik sebelah-sebelah saya. Hoo.. untung yang tampil di panggung orang Jepang ya hehe sama-sama daerah gempa jadi sudah biasa hahaha (padahal mau siapapun yang di atas panggung pasti tetep profesional pasti, gak bakal panik juga kalau cuma karena gempa kecil).
Dilanjut dengan penampilan asal Sri Langka yaitu Ranranga Dance Academy (kalau tidak salah dengar). Pertunjukan dari Sri Langka ini ramai terdiri dari banyak penari perempuan dan 5 penari laki-laki yang masih cukup muda (bukan cukup muda tapi memang masih muda, masih seusia bocah dan remaja). Para penari Sri Langka perempuan naik ke atas panggung dengan membawa cawan dengan bunga-bunga krisan putih, cantik bunganya ^^, wangi dupa berasal dari dupa-dupa di cawan-cawan tersebut. Btw, agak mirip-mirip India orang-orangnya dan olah tarinya juga mirip-mirip India (ya iyalah, tetangganya, piye to.. hahaha). Ini juga bagus hehe. Kalau yang ini jelas berbau etnik.
Setelah dari Sri Langka, giliran performer asal Korea yang tampil selanjutnya. Tapi ini bukan K-Pop loh hahaha. Mereka menampilkan semacam tari kontemporer. Jangan tanya saya apa artinya. Saya juga tidak begitu tahu, nanti dibilang sok tau. Yang saya tahu itu, mereka sedang mengekspresikan seni dan rasa yang meluap-luap, hohoho. Beberapa kalau melihat tari kontemporer merasa agak absurd tariannya. Ya memang kelihatannya begitu, tapi susah loh, setiap gerakannya itu cukup menguras tenaga, walaupun misal cuma diulang-ulang, apalagi kalau ada slow motion-nya dengan posisi yang susah. Tapi menurutku wow, saya tidak bisa tidak menikmatinya. Jelas beda dengan yang etnik tapi untuk tarian yang beberapa ada yang bilang absurd ini ada seni tersendirinya juga yang unik. Untuk yang Korea ini kebetulan saya cuma ambil poto saat awal masuk saja.
Penampil kelima, asal Jepang lagi, Minoru Hideshima. Ini saya suka. Ada semi teatrikalnya. Yang saya tangkap setiap gerakan Hideshima ada artinya, gerakan dan gimiknya sesuai dengan musiknya, lirik di musiknya. Dan saya merasa wow lagi, ini rasa seni yang beda lagi.
Yang saya heran adalah si mbak-mbak Jepangnya, itu gak pegel apa posisi badannya itu posisi yang capek banget loh itu dan di posisi itu lama, sekali-kali bergerak dengan lambat, tapi tetep >,< saya melihatnya saja rasanya, "hooooo, gilak itu pegel banget itu kalau aku, gak bisa tahan pasti sudah". Nice bangetlah si mbak-mbak Jepangnya. Mantap. Hideshima-nya juga oke sekali. Dua-duanya oke. :D
Sayangnya saya tidak membawa kamera poket saya jadi tidak bisa nge-zoom sampai terlihat ekspresinya. Saya suka dengan mimik muka performer saat tampil menari. Ekspresi mukanya menyenangkan hati. :)
Dilanjut pertunjukan dari Suhaimi Mugi asal Malaysia yang membawakan tarian berbau-bau melayu. Kemudian Tambak Bajai dari Kapuas Kalimantan Tengah. Lalu Mahelat Lebo-Barito Kuala dari Kalimantan Selatan. Pertunjukan asal Kalimantan ini seru banget. Lengkap propertinya dari gamelan dan penabuhnya, tombak, perisai, kain-kain panjang yang mendukung tariannya. Rame dan bagus :)
Menjelang akhir performance adalah penampilan dari Miho Konai dan Shigeki Yamada asal Jepang. Jeng jeng jeng.. kaget dong, tiba-tiba si Shigeki Yamada masuk dengan celana sumo joget-joget koyo wong edan. Di awal doang, tenang saja, habis itu dia pakai baju lagi kok, Kawan. Eh sori ya.. yang bagian celana sumo tidak saya poto hahaha ojo kecewa. Yang saya poto bagian pertunjukan yang benerannya, pertunjukkannya Shigeki dan Miho. Kalau yang ini banyak gerakan slow motion-nya yang melelahkan sepertinya. Berbau-bau kontemporer. Bagus kok ^.^
Penampilan terakhir adalah persembahan dari PLT Bagong Kusudiardja membawakan tari kuda lumping dan lain-lain. Wah btw, Bagong Kusudiardja ini populer banget waktu jaman ambil seni tari SMP dulu, sering disebut di buku dan waktu pelajaran, eaaa nostalgila jaman SMP nari di pendopo sekolah pakai selendang sampur dan kipas *tsaahh saya dulu sempat nari to? sangar tenan, halah, hahahaha gak percaya. Lanjut. Hm.. sayangnya baterai hp saya sudah mau tewas. jadi penampilan terakhir ini tidak sempat terfoto.
Overall, semua pertunjukan yang dihadirkan nice banget. Saya suka etnik, saya juga suka kontemporer. Selalu mempesona mata dan hati saya *tsah. haha. Yang belum sempat nonton tahun ini, tidak perlu khawatir. Acara JISP ini tahunan kok. Jadi tahun depan bakal ada lagi.
Enjoying Jogja International Street Performance (JISP) 2015 :)
Reviewed by kirdianis
on
October 03, 2015
Rating: 5
Akhir September Bertabur Event Seni ^.^
By kirdianis
Read
30 September malam lalu, the last day untuk annual event Asia Tri Jogja. Akhirnya saya sempatkan nonton ke nun jauh di Jogja sebelah utara sana. Suka sekali acara ini! :)
Untuk postingan lengkapnya juga poto-potonya bisa buka link di bawah :
Asia Tri Jogja 2015 - 1
Asia Tri Jogja 2015 - 2
Ini salah satu fotonya (bukan pertunjukannya sih, gak tau ini siapa, hahahaha, ini di salah satu spot di sana, yawes saya poto saja hahahhaha)
Oh iya event sebelum Asia Tri, ada acara Jogja International Street Performance (JISP). Acara opening JISP yang saya datangi (25 September 2015) bisa dilihat di sini juga. hehe.
Sebenarnya masih ada lagi event-event seni lain di hari yang bersamaan dan di jam yang hampir bersamaan, sampai bingung mau mendatangi yang mana (coba saya bisa membelah diri ya hahaha), alhasil saya harus memilih, saya prioritaskan 2 annual event di atas untuk mengisi akhir September saya :)
Akhir September Bertabur Event Seni ^.^
Reviewed by kirdianis
on
October 01, 2015
Rating: 5
Asian Youth Jazz Orchestra (AYJO)
By kirdianis
Read
Lantas langsung cus saya reservasi tiket orkestra ini. Hubungi dululah, pikir saya, semoga masih kebagian tiket hahaha. Dan Alhamdulillah masih ada tiket untuk saya bisa nonton. Jadilah saya menyambangi ISI lagi 20 September lalu. Seneng banget! :)
Sebagai info, di AYJO ini anak-anak muda dari Jepang dan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura bergabung dalam grup orkestra dalam sebuah pertunjukan orkestra jazz. Sebelum konser di ISI Jogja, mereka menyambangi Jakarta, dan selanjutnya seusai menggelar pertunjukan di Jogja, rencana mereka akan lanjut tur konser ke Manila, Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur.
Yang biasanya saya menonton orkestra yang identik dengan musik klasik; dan untuk yang satu ini, orkestra berbau jazz oke juga :) walaupun lagu-lagu yang dibawakan tidak familiar buat saya malam itu, tapi tetep nice-lah :D saya bisa menikmati.
Ngomong-ngomong, kalau orkestra pada umumnya kan lengkap dari string, piano, alat musik tiup dan teman-temannya. Nah, di sini bedanya tidak ada string, alat musiknya didominasi oleh alat musik tiup seperti saxophone, oboe, flute dan sebangsanya, juga plus drum, gitar bazz, piano, dan alat musik pukul.
Fotonya agak tidak jelas sih, hihi ya maklum baru tahu akhir-akhir jadi ya dapat kursinya agak di belakang dan kebetulan saya tidak bawa kamera poket, jadilah memotretnya dengan seadanya alat di tas saya alias pakai hp haha. It's ok ^.^
Asian Youth Jazz Orchestra (AYJO)
Reviewed by kirdianis
on
October 01, 2015
Rating: 5
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Rasa Syukur
Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...