Plot

Bocah kecil yang sedang mengoceh sendiri, mungkin dia sedang bernyanyi atau mengajak ngobrol barang dagangan sang ibu dengan polosnya. Sedang sang ibu penjual pernak pernik malioboro dengan pandangan yang berarti menunggu. Menunggu seorang mampir.


Beberapa turis dengan kamera dan seorang temannya, mereka memandang ke semua, menyisir sepanjang jalan, kadang ke sebelah kanan, kemudian kiri, kadang ke atas. Tawa dan senyum. Mata mereka berbinar.
Mereka sedang meramu kenangan dalam benaknya.


Kelompok seniman jalanan dengan alat musik uniknya. Di pinggir jalan. Di tengah kerumunan penonton. Musik, tawa, dan lenggak-lenggok penarinya. Mereka pemusik dan dia penari yang ramah.


Seorang bapak turis dengan putrinya, menjajal sebuah topi berwarna krem, melempar tawa kepada bapak penjualnya, mungkin beliau sedang sedang bertanya harga, atau tawar-menawar, atau apa. Beliau saling bergurau. Putrinya hanya tersenyum melihat kedua bapak di depannya. Aku juga. Ikut tersenyum.


Sapaan dan guyonan-guyonan kecil antara pedagang sate dengan bapak pemungut sampah. Antara penari jalanan dengan bapak tukang ronde yang lewat dengan gerobaknya. Mereka saling kenal dan dekat. Sama-sama berbagi rejeki di lokasi yang sama. Rekan kerja.


Seorang pengamen jalanan bersama seorang temannya dengan ukulele. Menyanyikan lagu yang terngiang-ngiang sepanjang waktu. Kali ini lagu mereka sendiri. Tentang Jogja dan turis-turis asingnya. Bagus? Iya bagus. Lagu yang tidak banyak riasan agar terdengar bagus. Hanya sederhana, tapi pure.
Lagu yang punya jiwa dan bercerita dengan sederhana.


Di bawah pohon.
Mereka. Yang duduk dengan buku sketch-nya. Aku tersenyum lagi.
I'm sketching too.


Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.