Enjoying Jogja International Street Performance (JISP) 2015 :)

Jogja International Street Performance (JISP) merupakan acara seni dan budaya yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta. Annual event ini menyajikan penampil-penampil tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia tapi juga dari negara-negara lain. Ditampilkan pertunjukan tarian baik yang etnik maupun kontemporer, musik juga pawai.


Tahun 2015 ini, JISP yang ditunggu-tunggu ini dihelat pada tanggal 25-26 September 2015. Untuk tempatnya adalah di benteng Vredeburg pada 25 September 2015 dan di sepanjang jalan Malioboro pada tanggal 26 September-nya. Menyajikan penampil-penampil tidak hanya dari Jogja sendiri tapi juga daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Cirebon, Papua, dan daerah yang lain; juga hadir penampil dari negara Jepang, Korea, Sri Langka, Ukraina, Malaysia, dan yang lain. Wah, salah satu acara yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya ini. Gak cuma mas dan mbak bule yang antusias, saya sendiri juga hehehe :D


Saya menonton pada acara opening JISP di Vredeburg tanggal 25 September 2015. Seusai maghrib saya berangkat dari rumah menuju TKP hehe. Wuhuu.. semangat! hihi.


Sampai di tempat, panggung masih gelap (hahaha ya karena memang belum mulai acaranya), mas-mas penghobi fotografi sudah siap-siap cari spot untuk meletakkan tripodnya dan bersiap dengan kameranya untuk menangkap momen ketika acara berlangsung nanti. Saya juga begitu, sudah bersiap-siap di tempat duduk untuk menonton hahaha (yes! dapat kursi jadi tidak perlu berdiri :p).


Penampilan panggung pada opening JISP 2015 malam itu meliputi Didi Nini Towok (Jogja), 3 penampilan penari asal Jepang, lalu Sri Langka, Korea, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan PLT Bagong Kusudiardja.


Setelah acara dibuka oleh seorang bapak. Penampilan di awali dengan pertunjukan tari oleh seniman tari asal Jogja ini, siapa lagi kalau bukan Didi Nini Towok. Favorit sekali dengan beliau. Pertunjukan tarinya selalu menarik dan menghibur, hahaha, soalnya ada unsur komedinya.


Selanjutnya dilanjutkan oleh penampilan Rina Takahashi dari Jepang. Cantik eh si mbaknya dengan kimononya. Tarian yang dibawakan masih berbau etnik dan tradisional. Oh iyaaa, di tengah pertunjukan sempat tiba-tiba ada gempa kecil yang lumayan agak lama coba, kirain apa kok goyang-goyang, sekian detik baru sadar kalau ada gempa gegara bisik-bisik sebelah-sebelah saya. Hoo.. untung yang tampil di panggung orang Jepang ya hehe sama-sama daerah gempa jadi sudah biasa hahaha (padahal mau siapapun yang di atas panggung pasti tetep profesional pasti, gak bakal panik juga kalau cuma karena gempa kecil).



Dilanjut dengan penampilan asal Sri Langka yaitu Ranranga Dance Academy (kalau tidak salah dengar). Pertunjukan dari Sri Langka ini ramai terdiri dari banyak penari perempuan dan 5 penari laki-laki yang masih cukup muda (bukan cukup muda tapi memang masih muda, masih seusia bocah dan remaja). Para penari Sri Langka perempuan naik ke atas panggung dengan membawa cawan dengan bunga-bunga krisan putih, cantik bunganya ^^, wangi dupa berasal dari dupa-dupa di cawan-cawan tersebut. Btw, agak mirip-mirip India orang-orangnya dan olah tarinya juga mirip-mirip India (ya iyalah, tetangganya, piye to.. hahaha). Ini juga bagus hehe. Kalau yang ini jelas berbau etnik.


Setelah dari Sri Langka, giliran performer asal Korea yang tampil selanjutnya. Tapi ini bukan K-Pop loh hahaha. Mereka menampilkan semacam tari kontemporer. Jangan tanya saya apa artinya. Saya juga tidak begitu tahu, nanti dibilang sok tau. Yang saya tahu itu, mereka sedang mengekspresikan seni dan rasa yang meluap-luap, hohoho. Beberapa kalau melihat tari kontemporer merasa agak absurd tariannya. Ya memang kelihatannya begitu, tapi susah loh, setiap gerakannya itu cukup menguras tenaga, walaupun misal cuma diulang-ulang, apalagi kalau ada slow motion-nya dengan posisi yang susah. Tapi menurutku wow, saya tidak bisa tidak menikmatinya. Jelas beda dengan yang etnik tapi untuk tarian yang beberapa ada yang bilang absurd ini ada seni tersendirinya juga yang unik. Untuk yang Korea ini kebetulan saya cuma ambil poto saat awal masuk saja.


Penampil kelima, asal Jepang lagi, Minoru Hideshima. Ini saya suka. Ada semi teatrikalnya. Yang saya tangkap setiap gerakan Hideshima ada artinya, gerakan dan gimiknya sesuai dengan musiknya, lirik di musiknya. Dan saya merasa wow lagi, ini rasa seni yang beda lagi.


Yang saya heran adalah si mbak-mbak Jepangnya, itu gak pegel apa posisi badannya itu posisi yang capek banget loh itu dan di posisi itu lama, sekali-kali bergerak dengan lambat, tapi tetep >,< saya melihatnya saja rasanya, "hooooo, gilak itu pegel banget itu kalau aku, gak bisa tahan pasti sudah". Nice bangetlah si mbak-mbak Jepangnya. Mantap. Hideshima-nya juga oke sekali. Dua-duanya oke. :D

Sayangnya saya tidak membawa kamera poket saya jadi tidak bisa nge-zoom sampai terlihat ekspresinya. Saya suka dengan mimik muka performer saat tampil menari. Ekspresi mukanya menyenangkan hati. :)


Dilanjut pertunjukan dari Suhaimi Mugi asal Malaysia yang membawakan tarian berbau-bau melayu. Kemudian Tambak Bajai dari Kapuas Kalimantan Tengah. Lalu Mahelat Lebo-Barito Kuala dari Kalimantan Selatan. Pertunjukan asal Kalimantan ini seru banget. Lengkap propertinya dari gamelan dan penabuhnya, tombak, perisai, kain-kain panjang yang mendukung tariannya. Rame dan bagus :)


Menjelang akhir performance adalah penampilan dari Miho Konai dan Shigeki Yamada asal Jepang. Jeng jeng jeng.. kaget dong, tiba-tiba si Shigeki Yamada masuk dengan celana sumo joget-joget koyo wong edan. Di awal doang, tenang saja, habis itu dia pakai baju lagi kok, Kawan. Eh sori ya.. yang bagian celana sumo tidak saya poto hahaha ojo kecewa. Yang saya poto bagian pertunjukan yang benerannya, pertunjukkannya Shigeki dan Miho. Kalau yang ini banyak gerakan slow motion-nya yang melelahkan sepertinya. Berbau-bau kontemporer. Bagus kok ^.^


Penampilan terakhir adalah persembahan dari PLT Bagong Kusudiardja membawakan tari kuda lumping dan lain-lain. Wah btw, Bagong Kusudiardja ini populer banget waktu jaman ambil seni tari SMP dulu, sering disebut di buku dan waktu pelajaran, eaaa nostalgila jaman SMP nari di pendopo sekolah pakai selendang sampur dan kipas *tsaahh saya dulu sempat nari to? sangar tenan, halah, hahahaha gak percaya. Lanjut. Hm.. sayangnya baterai hp saya sudah mau tewas. jadi penampilan terakhir ini tidak sempat terfoto.


Overall, semua pertunjukan yang dihadirkan nice banget. Saya suka etnik, saya juga suka kontemporer. Selalu mempesona mata dan hati saya *tsah. haha. Yang belum sempat nonton tahun ini, tidak perlu khawatir. Acara JISP ini tahunan kok. Jadi tahun depan bakal ada lagi.


Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.