Perjalanan Menyelami Diri

"Aku mau cerita, aku bangga sama aku tahun lalu. Walaupun setelah itu, memang alergiku waktu kecil kemudian jadi kambuh lagi, tapi di sisi lain aku bangga pada diri sendiri, bahagia rasanya bisa marasakan rasa ikhlas yang se-ikhlas itu," kataku. 

"Syukurlah.. Kedamaian hati itu adalah rejeki yang luar biasa. Kadang orang gak memperhatikan itu, padahal hati yang damai membuat hidup lebih bahagia," balas seorang teman waktu itu. 


***


Aku percaya bahwa kehidupan yang dihadiahkan Tuhan kepada kita ini adalah bentuk cinta kasih Tuhan kepada manusia, sehingga perjalanan hidup manusia dan apapun yang dihadapi di dunia ini adalah bentuk cinta kasih Tuhan untuk menyiapkan jiwa kita ketika bertemu dengan-Nya nanti. Namun untuk sampai pada kesadaran tersebut memang bukan perjalanan yang mudah. Terkadang kita harus mendapati pengalaman yang membuat kita mengalami emosi dan perasaan yang intens yang terkadang tidak menyenangkan dan membuat tidak nyaman.


Menjadi sadar merupakan proses perjalanan ke dalam diri yang lebih dalam yang akan bergesekan dengan ego, rasa, dan emosi manusia yang intens. Kita seperti diperlihatkan semua bagian-bagian diri kita baik itu kelebihan, kekurangan, kebaikan, keburukan, yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan, yang menenangkan, yang menyakitkan, dan yang memalukan sekalipun. Mengantarkan kepada kesadaran yang lebih dalam lagi untuk menerima dengan keterbukaan akan hakikat diri. Diri yang sejati, diri yang sebenarnya tanpa diselubungi dengan lapisan-lapisan dan atribut.


Perjalanan itu rasanya seperti sedang menyelam. Semakin menyelam dalam, kita akan menemui perjalanan panjang yang gelap dan sepi. Semakin menyelam dalam, semakin tidak terjangkau cahaya luar dan merasakan kehilangan. Semakin menyelam dalam, semakin tinggi arus dan tekanan. Semakin menyelam dalam, semakin membuncah ketakutan akan tenggelam dan tidak bisa kembali ke permukaan. Semakin menyelam dalam, semakin besar rasa kekhawatiran apakah akan bertemu lagi dengan cahaya. Semakin menyelam dalam, adakalanya akan menemui keraguan apakah akan selamanya berjalan dalam gelap. Semakin menyelam dalam, adakalanya mempertanyakan "kelayakan" diri. Semakin menyelam dalam, akan mempertanyakan sampai dimana ujung dari perjalanan.


Perjalanan gelap dan sepi itu membuat kita belajar untuk membuka mata lebih lebar lagi dan lebih melihat ke dalam diri, menemukan dan menyadari bahwa kita tidak pernah kehilangan cahaya dan selalu bersama kita. Yang membuat rasanya gelap karena kita masih terlalu fokus pada cahaya yang berada di luar diri yang membuat kita tidak menyadari bahwa diri kita sendiri sebenarnya memiliki dan memancarkan cahaya. Untuk sampai ke situ, kita memang perlu untuk membuka lapisan demi lapisan diri untuk mencapai intinya. Cahaya.


***


Apa yang ditemukan dari perjalanan panjang menyelami diri?


Cinta kasih Tuhan yang membuat kita merasakan kedamaian hati dan keikhlasan.


Cara memandang kehidupan dan dunia ini tidak akan lagi sama. Memandang dengan kacamata yang semakin lapang. Tuhan dengan cinta kasih-Nya memberikan kapasitas sebesar itu kepada manusia sehingga manusia bisa merasakan berbagai macam emosi dan rasa yang ada. Menyadari itu semua membuat kita bisa menyambut apapun yang sedang dihadapi dalam hidup dengan perasaan ikhlas. Menyadari itu semua membuat kita bisa menyambut rasa dan emosi yang datang bertamu untuk kita ajak minum teh bersama dan mendengarkan kisah-kisah di baliknya.



Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.