Tentang Bocah Pelepah Pisang

Seorang anak baru saja pindah dari tempat ayahnya ditugaskan sebelumnya ke tempat asalnya. Di tempat tinggal barunya, dia disambut dengan semangat oleh teman-teman baru seumurannya dan seketika saja menjadi teman bermain dan berpetualang yang seru.


Suatu sore dia dan teman-temannya seperti biasa bermain bersama di tanah lapang tidak jauh dari rumahnya. Tanah lapang itu dikelilingi oleh ladang, persawahan, langit biru, dan kolam-kolam ikan.

Di tengah bermain tiba-tiba semua anak berdiri dan berlari menjauh dari tanah lapang itu sambil berteriak, “ada orang gila, ada orang gila, ayo lari, cepat pulang,” mengajaknya ikut berlari juga.

Si anak itu berdiri mengikuti teman-temannya setengah berlari di posisi paling belakang, masih belum tahu apa yang sedang terjadi. Dia setengah berlari pelan sambil menoleh ke sekeliling.

Dia menoleh ke belakang, melihat seorang bocah lain muncul berjalan sendirian sambil bermain pelepah daun pisang kering yang dibawanya. Nampaknya bocah itu yang disebut orang gila, melihat arah pandangan teman-temannya memang tertuju ke bocah itu.

Anak kecil itu mengamati bocah itu dan tetap tidak menemukan apa yang dimaksud teman-temannya dengan “orang gila”, tetap tidak mengerti. Yang dia lihat hanya seorang bocah kecil lain yang sama dengan dia dan teman-temannya. Kenapa disebut orang gila? Kenapa tidak diajak bermain? Kenapa dijauhi?

Esoknya dia menanyakan kejadian kemarin sore pada teman-temannya, karena masih penasaran dan tidak mengerti. Salah seorang temannya bilang padanya, “dia itu idiot ya!”

Kata itu baru pertama kali dia dengar, tapi rasanya bukan kata yang enak didengar, dia merasa sedih ketika mendengar temannya menyebut bocah pelepah pisang itu dengan kata itu, walaupun dia sendiri tidak tahu artinya.

Singkat cerita akhirnya dia mendapat jawaban dari pengamatan yang cukup panjang pada bocah itu dan juga bertanya pada ibu. Bocah pelepah pisang itu memiliki keterbelakangan mental dan kesulitan berbicara.

Tapi tetap tidak merubah pandangannya bahwa,
tidak ada yang berbeda; bocah pelepah pisang itu manusia dan bocah kecil sama sepertinya.

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.