Paket
Sore setelah hujan.
Matahari mengintip di balik awan mendung yang terbelah
perlahan, mempersilakan langit yang berproses dengan bias-bias cahaya sore untuk tampil di panggungnya.
“Ada paket untukmu,” kata angin yang mampir di balkoni
tempatnya berdiri, “Katanya, dia ingin melengkapi isi lemari kayumu juga”.
“Paket!” teriak seorang kurir pos. Keranjang suratnya
berpendar warna jingga keemasan, tergantung di sepeda tuanya. Sinarnya
berpendar menembus celah-celah kecil kain coklat pembungkusnya. Diletakkannya paket itu oleh kurir pos ke dalam kotak surat di depan rumahnya.
“Terimakasih, Pak!” katanya kepada kurir pos itu dari balik
bunga-bunga matahari yang baru saja bermekaran dan mawar yang menari elegan disapu angin.
“Terimakasih, Pak!” kata bunga-bunga matahari dan mawar
yang saling bersahutan.
“Paket apa?” tanya bunga-bunga matahari.
“Paket apa?” tanya bunga-bunga mawar.
“Paket apa?” tanyanya balik kepada bunga-bunga di balkoninya, sembari melontarkan candanya.
“Ayo buka!” sahut bunga-bunga matahari.
“Ayo buka!” sahut bunga-bunga mawar juga.
“Ayo buka!” katanya, sengaja mengulangi kata-kata mereka untuk menggodanya kemudian tersenyum dan menuruni tangga menuju kotak suratnya.
Cahaya itu berpendar-pendar dari celah-celah kotak surat, seperti sekerumunan kunang-kunang yang sedang mengadakan pertemuan besar dalam
kotak surat.
“Kalian sedang rapat besar?” tanyanya pada apa yang ada
dalam kotak suratnya. Entah apa yang ada di dalamnya.
Cahaya jingga keemasan dari dalam kotak suratnya berpendar semakin terang.
“Mereka ingin kau menemuinya” kata angin yang menyapu
jalanan dengan lembut.
Dibukanya kotak surat itu dan dibawanya paket berbungkus
kain coklat itu ke atas balkoni rumahnya.
“Waaahh…” sahut bunga-bunga matahari dan mawarnya, melihat takjub pada paket yang berpendar di atas tangannya.
“Kunang-kunang sedang rapat besar di sini,” katanya sambil
meletakkan paket itu di atas meja balkoninya.
“Waaaah…” sahut bunga-bunga itu lagi dengan riang.
“Mereka sedang mempersiapkan perayaan malam,” katanya sambil mendekatkan telinganya ke paket itu, seolah sedang mendengarkan sesuatu dari dalam bungkusan bercahaya itu, “Mereka bilang tunggu hingga malam, kita bertemu saat itu.”
...
Langit mulai menjingga keunguan. Matahari berpamitan untuk
menyapa balkoni lain, “Sampai jumpa esok hari!” pamitnya.
“Sampai jumpa!” kata bunga-bunga bersahutan.
Dia melambaikan
tangan menghantar untuk bertemu kembali esoknya.
Paket itu berpendar kerlap-kerlip dengan terang seolah memberitahunya
bahwa sudah tiba waktunya bertemu. Dilepasnya ikatan tali rami pada kain
coklatnya dan ditemukannya kotak kristal yang bercahaya terang dengan sepucuk
kartu ucapan.
Dari kami
Salam,
Kunang-kunang