Obrolan Sebelum Terbang


Di suatu obrolan waktu lalu dengan seorang teman sebelum keberangkatan pesawat menuju kampung halaman,


sekali lagi saya mendapat pelajaran berharga dari seorang teman dalam obrolan singkat di sela-sela menunggu pesawat tinggal landas.


"Menurutmu apa yang menjadi hal terpenting dari hubungan antar manusia? entah itu pertemanan ataupun hubungan-hubungan lainnya," tanyaku kepada seorang teman yang ketika itu kebetulan kami sedang berkirim pesan.


"Menurutku love. Love di sini bukan cinta-cinta-an seperti definisi cinta sepasang kekasih gitu. Tapi love = kasih, welas asih, kasih sayang. Dari love itu hasilnya akan menjadi forgiveness, caring, trust," jawab seorang teman tadi.


"Kemudian yang membuat kecewa. Paling mengecewakan menurutmu?" kulanjutkan pertanyaanku.


"Seorang bisa kecewa pasti karena seorang itu berharap. Kalau dia tidak mengharapkan apa-apa pasti tidak akan kecewa. Jika kecewa, berarti ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya. Nah tinggal apa harapan orang tersebut? pada umumnya kalau kita melakukan 'love, forgiveness, dll', kita secara manusiawi akan mengharap orang lain melakukan hal yang sama kepada kita. Menurutku sih begitu," jawabnya kembali.


"Namaste... ☺" balasku untuk pesannya yang mengartikan bahwa dalam hal ini sekali lagi saya sependapat.


Harapan diperlakukan yang sama entah itu disadari atau tidak yang akhirnya tidak sesuai dengan harapan itulah yang seringkali membuat seorang menjadi kecewa. Namun tidaklah demikian apabila dapat melakukan love yang sebenar-benarnya tanpa suatu harapan ataupun agenda tertentu. Ada yang bilang bahwa hakikat love itu adalah melepaskan. Jika seorang melakukan sesuatu dengan welas asih/kasih sayang yang tulus tanpa harapan diperlakukan serupa, secara tidak langsung akan mendapat kebaikan juga, dalam artian bukan melulu seputar perlakuan balik yang serupa tapi lebih kepada "syukur dan bahagia"; hati yang damai ketika melakukan suatu hal dengan kasih. Dan diakui atau tidak, disadari atau tidak, hal itu bukanlah hal yang mudah karena manusia ini pada dasarnya memiliki keinginan diperlakukan baik dan penuh kasih juga, sekecil apapun harapan akan hal itu. Silakan boleh diakui ataupun tidak diakui.


............


"Ngeri ya omonganku. Koyo wong bener wae (seperti orang benar saja). Hahaha. Sampai sekarang aku baru bisa ngomong, belum bisa melakukan," candanya.


"Kalau bisa bilang seperti itu artinya dipikirkan. Jika dipikirkan artinya benihnya sudah tertanam. Benih itu akan tumbuh. Dari benih tumbuh kemudian menjadi pohon yang besar bukanlah seperti sulapan. Butuh dirawat dan disiram. Di situ ada waktu. Hahahaha. Oke, saatnya terbang," ketikku lagi yang kemudian kupencet tombol send sebelum ponselku akhirnya benar-benar saya matikan.


Semuanya butuh proses ada variabel waktu di situ. Saya juga masih proses belajar untuk melakukan semuanya. Saya juga tidak bisa memungkiri bahwa saya juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kekhilafan, dan dosa.


Akan tetapi... selama seorang itu mau berproses, akan banyak pelajaran baik yang dipetik selama proses perjalanannya tersebut. Tidak akan sempurna, pasti tidak akan sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata.


Kedamaian dan kebahagiaan jiwa; harta karun yang akan didapatkan ketika ruhmu yang suci merasakan kebaikan dan cinta kasih. Syukur :)

Setidaknya itu yang saya rasakan ketikanya....


Kampung Halaman,
14 Juni 2018

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.