Is a thing truly correct or wrong?


How crazy me! 
Bukan overthinking, hanya memang pada dasarnya suka memikirkan sesuatu. 


Bahkan ketika siang-siang sambil menyetrika baju-baju yang sudah menumpuk minta dibereskan tiba-tiba muncul di benak saya pertanyaan “mengapa ya orang bisa menganggap pernyataan seorang itu salah, dan sebagian lain menganggap benar? Is it true that it’s correct? Is it true that it’s wrong?”.


Seperti biasa, mohon maaf kepada seorang teman yang seringkali tiba-tiba saya lempari pertanyaan-pertanyaan “wong edan (read: me)”. Tapi terimakasih banyak sudah jadi responder yang baik untuk kegilaan saya selama ini.


Jadi ingat suatu pagi tiba-tiba saya bertanya kepada teman saya itu tentang hal random yang tiba-tiba terlintas di kepala saya, yang saya pikir I have to gather this and that to fullfil my curiousity. Out of nowhere, I was asking it, kemudian dia tertawa dan bilang dalam bahasa Jawa “Hahahaha. Tangi turu dikei pertanyaan ngono” (Hahahaha. Bangun tidur dikasih pertanyaan begitu), hebatnya sih tetap dijawab-jawab saja, mungkin kalau saya bertanya pada yang lain dikiranya saya random sekali. Saya tidak menyebutkan secara gamblang di sini ya pertanyaan apa yang sering saya ajukan kepada teman saya karena sekedar ingin menjaga saja agar tidak menjadi salah kaprah dan gagal paham jika tidak dipahami dengan open minded, karena terkadang pernyataan yang saya ajukan itu adalah pertanyaan yang sensitif untuk sebagian orang atau kelompok. Sebenarnya juga bukan tentang “pertanyaan” tersebut yang ingin dibahas di sini, tapi bagaimana pola pikir seorang yang kemudian menarik kesimpulan benar atau salah akan suatu pernyataan orang lain yang dianggap orang lain itu mungkin saja benar atau salah.


Oke balik ke topik awal.


Kalau saya boleh menanggapi. Terlepas dari apapun konteks pernyataannya. Jika mengikuti logika berpikir, maka jawabannya bukanlah benar atau salah karena benar atau salah tergantung banyak variabel yaitu nilai yang dianut, sudut pandang, pengalaman pribadi, mitos bersama, subjective reality, intersubjective reality, konsensus, dan seterusnya dan seterusnya (banyak istilah apalah itu yang para pakarnya yang lebih tahu).


Sebelumnya, tidak berarti saya mengajak untuk setuju atau tidak, boleh setuju ataupun tidak setuju karena tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, hanya bisa diterima atau tidak diterima, dan manusia itu bebas untuk mengolah pola pikirnya masing-masing sesuai sudut pandangnya, karena hati dan pikiran adalah hak setiap individu bukan?

Saya ingin mencoba menanggapi suatu hal dari sudut pandang saya yang pastinya terbatas ini. Jangan juga dijadikan sebuah patokan baku, tapi dijadikan sebagai salah satu bahan informasi atau mungkin perenungan pribadi.


Saya akan menggunakan pendekatan logika kemudian saya mencoba menanggapi dengan logika berpikir saya. Jadi seperti ini. Jawaban yang sebenarnya adalah bukanlah benar ataupun salah tapi lebih kepada dapat diterima atau tidak diterima. Kita bisa bilang benar atau salah itu jika pernyataan tersebut dikomparasi dengan nilai subjective atau intersubjective tertentu. Sedangkan pernyataan itu diterima atau tidak diterima secara logika itu tergantung dari premis yang kita gunakan dalam berkesimpulan, nyambung atau tidak ? relevan atau tidak? 

Sejalan dengan.. kalau masih ingat dengan pelajaran bahasa Indonesia jaman sekolah dulu : “jika blablabla maka blablabla”.


Pendekatan yang dipakai bukan melihat dari hanya kesimpulan akhirnya, yang kemudian saya komparasi dengan nilai pribadi yang saya anut. Bagi saya yang menarik adalah pola berpikirnya yang kemudian akhirnya seorang berkesimpulan tertentu. As long as it’s relevant, it will be still acceptable dengan premis yang digunakan adalah: jika pendekatan yang saya gunakan adalah logika.


Sekali lagi, manusia ini bebas mengolah dan bermain dengan pikiran dan yang ada dalam diri mereka, bukan? selama itu tidak merugikan ataupun menyakiti orang lain, saya rasa tidak ada yang tidak bisa diterima. Ini semacam menggali jawaban atas pertanyaan, “why...”, then she/he/they find the answer  “because blablabla..”.


Jika seorang berbagi dan mengutarakan opininya akan suatu hal, saya tidak akan membatasinya dengan bilang bahwa it’s correct or it’s wrong hanya karena bertentangan dengan nilai subjektif yang saya anut, saya akan berusaha menanggapi dengan pendekatan logika, because I want he/she to be free to tell about what his/her thinking about, without any worries. I love  to hear that, he/she tells and expresses something pure from his/her inner soul, and it’s so beautiful for me.


Except.. then you ask me, “is it correct? or is it wrong?”. I will ask you back, “based on what standard you want to hear or use? what value? what viewpoint?” (because a lot of standards in this world). Dan tidak bisa dipungkiri bahwa tidak akan mungkin kita mengacu semua standar yang ada di dunia yang sangat bervariasi ini, yang juga tentunya karena terbentuk oleh latar belakang, pengalaman, dan sebagainya yang juga bermacam-macam. Kamu punya sudut pandang sendiri dan saya pun begitu, tergantung value apa yang kita pegang; saya sangat mengakui dan menghargai setiap perbedaan sudut pandang yang ada, kecuali memang.. kita sama-sama terikat dalam suatu konsensus yang sama yang tidak relevan untuk saling diperdebatkan. Tapi jika memang ingin berbagi.. kita bisa saling bertukar pikiran lebih jauh and I love it, saya juga tidak akan berusaha menjelaskan, mengkomparasi, dan menggunakan pendekatan dengan nilai-nilai di luar, yang saya tidak mengerti (nanti jatuhnya adalah asumsi). Tapi jikalau tidak keberatan, saya dengan senang hati akan berbagi pendapat berdasarkan nilai yang saya anut, begitu juga saya akan dengan senang hati mendengar pendapat berdasarkan nilai yang kamu anut, dengan catatan bahwa it’s just sharing bukan karena salah satunya memiliki agenda tertentu terhadap yang lain, I dont want it to be “salah kaprah/gagal paham”.


Intinya bahwa,

Be open-minded, be a humble person, why not listen? As long as we still have our own value. And don’t easily judge something/someone/condition when you don’t really know the exact problem and the thing behind it. Better to be silent if you don’t really know. Listen sincerely if someone really wants to share something with you. Listen for understanding, not listen for answering or judging even maybe common people will think that “it’s uncommon, crazy, abnormal, and kind of rejecting terms in this world”. Respond, not react. Approach his/her soul with love, his/her soul will find his/her best way to be consoled and peace by his/her own self and find the right way to be better than before.


I said this not because I’m better than you. I'm also still trying to be consistent in doing that till now. I just try to be honest and share what is in my head and my heart.  I’m not a good person. I still have to learn many many things from this life, from others, and from everything in this world. I am just a human who has lots of weaknesses.


And always remember (for you, and also for me) that “God love you so much. Always”

Apologize me if any sentences hurt you. And thank you for reading it :)



During my zombie's time,
02 June 2018

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.