Gunung Prau - 2 : Menjemput Sunrise

Setelah mengisi perut dan anggota kami lengkap dengan sampainya NDL di Wonosobo, kami pun bersiap-siap. Kami rencana akan naik via patak banteng dini hari karena memang tidak nge-camp di atas. Jadi malam naik, sampai atas kira-kira waktu sunrise kemudian kembali turun.


Perjalanan dari hotel (daerah dekat alun-alun Wonosobo) ke patak banteng kira-kira memakan waktu 1 jam. Sekitar jam 23.00 kami berangkat dengan mencarter taksi langganan RP di daerah sana (gaya tenaan yoo.. Hahaha maklum cari angkutan umum kalau larut malam susah, kecuali kalau naik motor sendiri). Jadilah kami berangkat bersama si bapak taksi dan taksinya.


Sekitar jam 00.00 (kurang), sampailah kami di daerah patak banteng yang ternyata agak kebablasan dari gang masuk menuju basecamp hahaha gakpapa jalan sedikit itung-itung pemanasan. Dan wow! begitu melihat ke atas, masyaAllah.. bintangnya superb XD. Salah satu yang saya suka kalau naik gunung, bintang-bintangnya. Milkyway bisa nampak dengan mata telanjang padahal mulai mendaki saja belum.


Di basecamp patak banteng kami membayar tiket Rp 10.000,- per orang kemudian memulai perjalanan sekitar pukul 00.30. Pertama kami melewati jalanan tanjakan bertangga-tangga menuju ladang dan perkebunan. Selanjutnya kami menemui trek jalan panjang batu-batu yang rapi diantara ladang. Sepertinya tidak terlalu menanjak tapi ternyata capek juga hahaha. Tak berapa lama sampai Pos 1 yaitu Pos Sikut Dewo, yang nanti ada orang-orang berkumpul, saya kira pendaki juga yang sedang istirahat, ternyata sedang melakukan pengecekan tiket lagi. 


Ngomong-ngomong, jalur patak banteng adalah jalur yang banyak dipilih karena lebih cepat sampai ke atas. Kurang lebih sekitar 2-2,5 jam perjalanan dari basecamp sampai ke camp area untuk melihat sunrise. Akan tetapi ya itu.. treknya hampir tidak ada bonusnya (jalanan landai yang bisa buat istirahat, mengatur napas sambil tetap berjalan). Dan ternyata memang benar setelah Pos 1, jalanan menanjak terus sepanjang ladang-ladang mengingatkan saya ketika naik Merapi via Selo, menanjak dan.. berdebu, agak susah bernapas, serba salah dibuka maskernya sesek karena berdebu, pakai masker sesek juga tidak bisa bernapas dengan leluasa, ah manusia-manusia maunya apa sih hahaha. 


Pada awal-awal waktu kayak gini nih adalah waktu yang agak menyiksa bagi seorang saya yang memanaskan badannya agak butuh waktu dibanding yang lain alhasil saya memilih di belakang dulu karena sering berhenti mengatur napas. Napasku pasti super ngos-ngosan di awal waktu (mungkin karena jarang olahraga hahaha). Tapi tidak jadi masalah karena memang begitu, sebab begitu panas ritme saya jadi cepat. Dan akhirnya yes. Good. Kondisi badan saya cepat menyesuaikan alam. Setelah jalan menanjak di antara ladang-ladang. Masuklah kami di antara pohon pinus dan trek lebih menanjak, plus masih berdebu (sampai atas juga masih berdebu hahaha). Sekarang tidak jadi masalah badan saya sudah beradaptasi. Good. Yuhuu.. saya bisa ngebut nih *tsah.


Pos 2 (Canggal Walangan) kemudian Pos 3 (Cacingan) terlewati masih dengan trek yang tidak berbonus dan berdebu. Sekitar 2.30 kami berhenti sejenak, kebetulan kami bertemu dengan rombongan lain yang sedang istirahat ngopi-ngopi. Saya bertanya ke salah seorang mas-mas di robongan tersebut bahwa kira-kira camp area masih berapa lama. Kata si masnya sudah dekat sekitar 30 menit lagi. Wah sepertinya memang cepat juga, bisa-bisa kami yang tidak berencana nge-camp ini kedinginan di atas karena di atas lapang sekali tidak banyak pohon atau tertutup bukit yang bisa menghalang angin semilirnya. Alhasil ikut kongkow-lah kami sekitar 20 menitan bersama rombongan tersebut dan ternyata mereka juga tidak nge-camp di atas sama seperti kami, makanya mereka berhenti dulu di sini, lumayanlah dari pada kalau istirahat di atas dingin banget katanya. Iya sih... bener.. di sini saja tetep kedinginan walaupun lumayan agak kehalang bukit belakang dan gundukan tanah yang agak tinggi.


Sambil mengistirahatkan badan sepintas melihat-lihat langit. Kok kayaknya agak berkabut ya sekarang langitnya. Dalam hati itu kabut, mata saya yang blur atau memang karena berdebu? 
Tidak berapa lama seorang dari rombongan lain tadi berceletuk sama. Teman lainnya bilang, "itu kabut kayaknya". Dalam hati saya, wah kalau langit agak berkabut, agak tidak yakin juga bisa dapat golden sunrise.


Dan 20 menitan berlalu, kami melanjutkan perjalanan, bukan langsung ke camp area tapi mencari secuil lahan bernaung lebih lama, yang pasti bisa terhalang oleh angin yang tidak bosan-bosannya sepoi-sepoi (bukan angin sepoi-sepoi sejuk lagi ini, tapi dingin). Dari tempat satu pindah ke tempat yang lain. Brrr.. dingin! Agak berkabut saja masih dingin, apalagi kalau langit sedang cerah-cerahnya. :o


Sudah memperlambat perjalanan dengan niatan agar tidak terlalu lama di atasnya, tetap saja sekitar pukul 4.00 an kami sampai di camp area dan tenda-tenda sudah ada dimana-mana. Yess! akhirnya dapat bonus, hahaha yaiyalah sudah sampai atas -_-" hahaha. Dan masih kecepetan juga sepertinya. Langit masih gelap, sunrise masih sekitar 1,5 jam lagi. Melihat-lihat sekeliling siapa tahu ada yang buat api unggun. Ah tidak ada. Huhu.. Enaknya yang di dalam tenda. Ha.ha.ha....


Teman saya yang bernama LP sudah tidur saja dia dengan sleeping bag-nya, sedangkan berempat yang lain termasuk saya masih terjaga. uadeemm. Saya memilih untuk jalan berkeliling, tidak tahan kalau diam saja, dingin, sambil mencari celah dibalik tenda-tenda yang bisa buat saya terhalang angin semilir-semilir. Keliling-keliling bertemu seorang yang sedang duduk tidur berselimut sarungnya diantara dua tenda entah milik siapa. Sepertinya orang-orang seperti saya itu (merasa punya teman hahaha...).


Tidak menemukan tempat bernaung yang menjanjikan akhirnya saya kembali ke tempat semula. Iseng menyalakan sinyal hp lagi, jeng jeng jeng, ada sinyal! berkat angin semilir sepertinya soalnya begitu pagi dan melakukan hal yang sama sinyalnya puff.. hilang menyublim (kesimpulan aneh hahaha).


Lalalala... gunung ini dinginnya super ya (ah mungkin karena kami tidak nge-camp.. *menguatkan diri, menolak kenyataan hahaha*)


Waktu berlalu, muncul secercah cahaya pink kemerah-merahan mengudara. Yessunrise. Menggelar matras, saya sholat subuh dulu kemudian baru menyusul teman-teman ke area agak atas untuk menikmati sunrise.



Berjalan ke atas semakin tampak kerumunan orang dan tenda-tenda (walaupun di bawah pun juga banyak). See. Ramai sekali! kayak pasar saja. Dan semakin terang, para penghuni tenda satu per satu keluar dari rumah-rumah kecilnya.





Sunrise tetap didapatkan pagi itu walaupun memang ternyata feeling saya benar. Langit yang berkabut membuat cahaya matahari tidak memendarkan warna emasnya. Belum beruntung kali ini, belum bertemu golden sunrise Gunung Prau. Lain kali mungkin, tapi tetap puji syukur alhamdulillah, sunrise-nya tetap cantik kok :)


Karena si golden sunrise masih malu bertemu dengan saya, ini saya sketsakan saja deh golden sunrise-nya :D hahaha di sebelah timur akan nampak Gunung Sindoro, Sumbing dan di belakang mereka adalah Merapi, Merbabu, dan Lawu.




Lanjut ke Gunung Prau - 3 
Baca sebelumnya Gunung Prau - 1


Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.