Si Mbak


Kita bertemu di lobi. Kau dengan petikan gitarmu. Entah lagu apa. Yang jelas bukanlah lagu berlirik pastinya karena hampir semua lagu berlirik, akulah ratunya. Aku mengenalnya. Hampir semua.
 
Aku duduk di kursi lobi mendengarmu mengalunkan nada-nada cantik itu. Kudengarkan baik-baik alunannya. Ya. Bukan lagu berlirik. Aku tahu pasti itu. Aku tahu karena tidak seketika teringat dia ketika kau jentikan jarimu ke dawainya. Hampir semua lagu berlirik mengingatkanku padanya. Bahkan yang mungkin tidak terkait dengan kisahku, bisa saja aku menyambungkannya. Tapi yang sekarang, aku hanya ingin menikmati saja petikan gitarmu. Membenamkan diri dalam alunannya.

Nanti bagaimana?

Mungkin ketika kau berhenti bisa saja aku akan membagi sebagian kisahku padamu.

Sebagian kok.

Sebagian. 

Besar. 

Sepertihalnya aku juga menceritakannya hampir ke semua teman di sekitarku. Sampai-sampai aku sendiri pun lupa untuk apa sebenarnya aku berbagi-bagi cerita.

 *Aku di sini = si mbak. Sebut saja si mbak teman saya yang hobi menggalau *dulu. sekarang tidak lagi*



Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.