Langit


Hari pertama...
Kau tahu langit biru cerah itu?
Seakan ingin berkata kepadaku,
    "Bagaimana kabar hari ini?"
Kemudian aku pun memandang langit biru itu
Sambil tersenyum dengan pandangan memdamaikan, aku pun berkata,
    "Aku baik-baik hari ini."
    "Semua berjalan dengan lancar."
Hari itu aku berpikir, akulah orang paling beruntung.

Hari kedua...
Aku berjalan sendiri, sibuk dengan diriku sendiri
Aku tersenyum sendiri sampai aku pun lupa akan keberadaan langit biru kemarin
Langit biru pun menyapaku,
    "Bagaimana kabar hari ini?"
Aku pun lantas menjawab,
    "Masih seperti kemarin, masih baik-baik hari ini."
    "Masih bertahan lancar."

Hari ketiga...
Langit biru kemarin sedikit berawan
Seperti sebelumnya, aku pun memandang langit
Berbicara pada diriku sendiri,
    "Apa langit itu langit biru kemarin?"
    "Kenapa tiba-tiba aku merasa sedih?"
Sambil berpikir aku pun terus berjalan
Lagi-lagi langit menyapaku,
    "Bagaimana kabar hari ini?"
Sedih itu pun muncul kembali mendengar sapa langit
    "Aku sedikit tidak baik", jawabku
     "Kenapa kamu berawan?", tanyaku pada langit
Langit tersebut diam tanpa kata.

Hari keempat...
Hari itu tidak cerah, berangin dan dingin
Aku melangkah dengan tatapan kosong
Ragaku dan jiwaku rasanya seperti berada dalam tempat berbeda
Langit kemarin memandangiku sepanjang jalan
Sedang aku bahkan tak sempat memandang langit
Langit tersebut menyapaku dengan nada lirih,
    "Bagaimana kabar hari ini?"
Aku hanya terdiam dan terus berjalan kosong tanpa tujuan.

Hari kelima...
Masih seperti hari lalu
Diriku dengan tatapan kosong
Dan kali ini langit tidak menyapaku
Aku pun tidak memandangi langit seperti yang biasa aku lakukan
Berjalan..
Setiap langkah yang aku langkahkan, aku merasa menjadikan langit tambah gelap saja.

Hari keenam...
Langit mendung itu seperti di atas kepala
Aku berjalan, namun pikiranku semakin kalut saja
Titik hujan pun turun
Titik hujan itu bagai fungsi waktu
Semakin lama, semakin deras dan kencang
Sekali lagi langit tidak menyapaku
Aku mencoba memandangi langit
Putih, bahkan mendung pun tertutup oleh derasnya hujan
Aku terus berjalan..
Di tengah hujan membuatku berpikir,
    "Jika aku menangis, hujan pun akan menyapu air mataku."

Hari ketujuh...
Hari ini masih terasa derasnya hujan
Kali ini aku tidak berjalan
Hanya duduk di bangku teras rumah
Memandang langit yang tidak lagi cerah
Ingin aku menyapa langit
Namun aku hanya merenung
Aku harus keluar dan berjalan lagi, pikirku dalam sepi
dan langit pun kan cerah kembali.
.....
Aku masih menunggu langit
Namun tak bersuara, diam, tidak menampakkan cerahnya
Suara derai hujan masih saja terdengar
Langit tidak menyapaku lagi seperti biasa.
.....
Aku keluar tak peduli dengan derasnya hujan, dan
menyapa langit,
    "Bagaimana kabar hari ini?"
    "Ada apa dengan hujan?"
Langit diam, aku merenung dalam hujan.

Hari kedelapan...
Renunganku kemarin buat kalutku berkurang
Tidak peduli derasnya hujan
Aku pun berjalan seperti biasa
Melewati ladang yang kemarin tandus menjadi hijau kembali
Sekali lagi aku mulai mencari langit
Langit masih diam tak ada kata
Aku berteriak pada langit,
    "Kembalilah cerah!! hari ini aku tak dapat melihat langit 7 hari lalu"
Aku berdiri masih memandang langit
Dan sekali lagi tak ada kata.
.....
Aku mencoba berjalan lagi
Tiba-tiba cahaya merebak, membelah mendung yang gelap
Hujan pun berhenti diiringi munculnya kilau 7 warna berbentuk parabolik
Rasanya damai...
Melihat hijau dedaunan berselimut air hujan
Tanah basah dengan aroma yang menentramkan hati.

Hari kesembilan...
Guratan cahaya mengintip tidurku dari celah-celah kamarku
Aku terbangun dari tidurku
Ku buka jendela kamar, dan memandangi langit pagi hari ini
Aku tersenyum, merasakan suatu kelegaan
Tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing,
    "Bagaimana kabar hari ini?", langit menyapaku
Aku tersenyum kembali dan memandang langit,
    "Bahkan sangat lebih baik dari pertama bertemu", jawabku
Langit hari ini lebih cerah dari pertama.

Hari kesepuluh...
Pagi ini menyejukkan hati
Embun pagi itu seperti permata di antara dedaunan
Hari ini cerah dan berbeda, seperti ada suatu kelegaan dan ketentraman
Aku mulai berjalan seperti biasa
    "Bagaimana kabar hari ini?", langit menyapaku
Aku memandang langit dan tersenyum penuh kelegaan
Aku pun bertanya pada langit,
    "Kenapa kau cerah, tiba-tiba mendung, kemudian hujan, dan cerah kembali bahkan lebihmenentramkan?"
Langit pagi itu menjawab,
    "Aku adalah kamu"
Aku hanya diam dan lebih bertanya-tanya lagi
Langit berkata,
    "Aku adalah kamu"
    "Ini seperti semangat, tidak semangat, senang, sedih, diam merenung, kemudian semagat lagi dengan spirit baru yang lebih mentramkan."
    "Aku cerah seperti kau saat ceria."
    "Aku diam dan mendung seperti kau saat kalut dan menyendiri agar teman-temanmu tidak khawatir dan tersakiti."
    "Aku menjadi hujan seperti kau yang tak kuat menahan kalut dan akhirnya menangis dalam diam agar teman-temanmu tidak khawatir, tapi tahukah kau? sebenarnya saat itulah teman-temanmu justru mulai khawatir padamu seperti kau bertanya-tanya akan hujanku dan rindu langit cerah."
    "Ingatkah kau saat berteriak padaku? itu adalah teriakan teman-temanmu yang ingin melihatmu kembali ceria seperti biasanya."
    "Ingat cahaya mulai membelah mendung, hujan reda tanpa kata? itu adalah kau yang mencoba untuk semangat kembali dan mencoba bersikap dewasa dalam menangani masalah-masalahmu."
    "Perasaan yang tentram dan damai setelah hujan, itu adalah kau, hatimu damai dan lebih tenang karena kau tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahmu. Tanpa sadar kau pun menjadi lebih dewasa dari yang kemarin."
    "Aku menyapamu saat cerah, berawan aku pun masih menyapamu, mendung pun aku masih menyapamu walau dengan lirih, semakin gelap dan kelam aku diam dan turunkan hujan, setelah aku cerah, aku menyapamu kembali. Itu kau yang bersemangat bermain dengan teman-teman, saat kau sedih kau tetap berusaha tertawa dan tidak ingin teman-teman menyadari kesedihanmu, namun semakin lama kau tak kuat menahan kesedihanmu sendiri, kau pun lebih memilih untuk sendiri karena takut teman-temanmu menyadari, akhirnya kau pun menangis sendiri, mencoba menenangkan hati dan menangani masalahmu sendiri, namun kau tetap kalut, sampai akhirnya seorang teman bertanya dan bilang padamu tentang keanehan sikapmu akhir-akhir itu, dan kau pun tersadar harus kembali ceria, kau mulai berpikir lebih bijaksana dalam menyikapi masalahmu dan kembalilah kau yang seperti biasa tertawa bersama teman- teman, bahkan jauh lebih dewasa, karena kau berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidupmu itu."

Aku tersenyum memandang langit
   
Esoknya...
Seperti biasa, aku berjalan,
    "Selamat pagi langit", sapaku duluan pada langit
Hari ini cerah, sinar matahari pagi terasa lebih hangat dari biasanya
    "Bagaimana kabar hari ini?"
......................................................................


Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.