Seorang Petani dan Semangka yang Hilang


Alkisah di sebuah perbukitan, terdapat perkebunan semangka yang luas sekali. Kebun itu dilewati sungai yang mengalir dari mata air-nya yang kemudian turun dari perbukitan melewati tempat-tempat lain, bertemu dengan orang yang berbeda-beda hingga bermuara ke lautan. 

Pemilik kebun itu begitu menyukai semangka, dia merawat kebun semangkanya dengan penuh kasih. Dalam perjalanannya, petani itu menemukan semangka jenis baru. Rasanya lebih manis, lebih segar dari yang biasa dijual di toko-toko buah, akan tetapi memang kenampakannya tidak pada umumnya.

Suatu ketika, ada salah satu semangkanya yang terlepas dari pohonnya yang menjalar kemana-mana. Semangka tersebut menggelinding hingga jatuh masuk ke dalam sungai.
    
Semangka tersebut terbawa aliran sungai menuruni perbukitan dan entah siapa orang yang akan menemukan semangka milik sang petani tersebut. Atau bisa jadi semangka tersebut terus berjalan mengikuti aliran sungai yang membawanya hingga lautan luas. 
   
Dalam perjalanannya semangka tersebut bertemu bermacam-macam orang. Beberapa orang yang tersebut hanya melihat dan berkata, "oo ada semangka hanyut". Seorang gadis desa yang mencuci pakaiannya di sungai, dua orang kakak beradik yang sedang bermain air, orang lain yang sedang menikmati pemandangan, seseorang yang merenungi nasib (entah galau percintaan, galau keluarga, galau ditinggal pergi, galau pekerjaan, dan galau-galau yang lain, galau sekali sampai semangka tersebut dibiarkan lewat), ada lagi orang yang asik sendiri hingga tidak melihat semangka tersebut, dan lain-lain.    

Sang petani itu menerka-nerka banyak kemungkinan: semangka tersebut ditemukan seseorang yang lewat di tepian sungai tempat dia melintas atau dia memang belabuh di suatu tempat karena tak selamanya aliran sungai membawanya dengan mulus sampai ke lautan. Atau bisa juga semangka tersebut terus ikut mengalir bersama aliran sungai yang kita juga tidak tahu aliran sungai itu akan seperti apa (tenang? deras? berbatu?) dan terus mengalir hingga menuju lautan, dan di lautan pun kita tidak tahu semangka tersebut akan terus di lautan atau angin membawanya berlabuh di sebuah pulau atau hanya terombang-ambing di lautan luas hingga membusuk.   
 

Petani semangka tersebut juga tidak mungkin menelusuri sepanjang aliran sungai untuk mencari semangkanya yang hilang. Petani tersebut juga tidak bisa meramalkan dimana dan oleh siapa semangka itu akan diambil karena dia bukan Tuhan. Yang dia bisa lakukan adalah mengiklaskan dan berdoa. "Semoga semangka saya ditemukan orang dan tidak dibiarkan membusuk dalam perjalanannya," katanya berulang-ulang. "Semoga memberikan kebahagian; mengobati rasa lelah bagi orang yang juga dalam perjalanan."

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.