Giliran Hujan


Setiap kali hujan rasanya aku ingin bertanya dan bercerita banyak.

Banyak hal.

Banyak hal yang tidak dapat dengan mudah aku ceritakan ke sembarang orang, yang tidak bisa aku ekspresikan oleh sebab ketidakpandaianku dalam mengungkapkan rasa.

Aku memang bercerita banyak dengannya. Kau akan tahu bahwa aku dan hujan memiliki cara komunikasi yang berbeda. Kami ini mahluk tenang dan diam. Berkomunikasi dengan aroma dan bunyi-bunyian yang disajikan hujan.

Tidak perlu aku membuka mulut dan mulai bercakap seperti orang-orang. Hujan akan mengerti keadaan seseorang. Mengerti bagaimana mendamaikannya dalam diam. Aku pun begitu, aku bercerita dalam diam. Komunikasiku adalah mengekspresikan kediamanku; dengan menyatu dalam nuansa damai sang hujan. Aku menghargainya dengan diam. Bukan dengan teriakan-teriakan yang aku tahu akan mengganggu kedamaian yang disajikan hujan.

Dengan begitu.. rasanya kerinduanku akan tersampaikan. Bersama gemericik hujan di dedaunan, atap dan aliran yang mengalir di pelataran. Tanah basah yang mengirim berita gembira kepada akar-akar yang menyambutnya dengan suka cita. Bunga-bunga yang kemudian bermekaran. Dan angin sepoi setiap pagi bersama embun yang syahdu. Rasanya kerinduanku akan benar-benar tersampaikan.

Aku bukanlah orang yang pandai mengekspresikan rasa. Tak seperti teman-temanku. Banyak hal yang menjadi misteri dalam diriku. Sebagian mereka tahu dan sebagian lagi tidak. Sebagian yang tidak adalah milik alam.

Kali ini adalah milik hujan.

Giliran hujan.

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.