Filosofi Kupu-Kupu dari Bapak

Ngomong-ngomong tentang kupu-kupu, bapak pernah bertanya kepadaku di suatu obrolan siang, "Pernah lihat kupu-kupu yang sedang keluar dari kepompongnya?"

"Pernah lihat, Pa. Separuh keluar, tapi dia diam saja, seperti mati," jawabku.

Lalu beliau bercerita:

Kalau Kris perhatikan proses kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari kepompongnya, rasanya pasti gregetan ingin bantu sebab si kupu-kupu nampak sangat kesusahan untuk keluar dari kepompongnya. Dalam hati akan bilang lama sekali, kadang bergerak, kadang si kupu-kupu diam tapi bukan mati.

Jangan dibantu kupas kepompongnya ya.
Kenapa?

Kupu-kupu memang akan keluar dengan cepat sesuai harapanmu jika kamu bantu kupas kulit kepompongnya. Jadi kupu-kupu. Tapi sayapnya tidak kuat terbuka untuk terbang. Proses alam mereka memang seperti itu agar kuat mengembangkan sayapnya.

........

Membantu orang itu baik, tapi membantu langsung juga belum tentu akan selalu tepat. Rasa iba itu manusiawi tapi bisa "membaca" proses alam juga sama baiknya dengan membantu. Perkara bagaimana merespon fenomena.

-Filosopi kupu-kupu dari bapak-

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.