Kotak Kecil dan Senja
“Apa kabar?”, tulisnya di pesan singkat
yang ia kirimkan malam itu kepadaku.
Esok harinya.
“Apa kabar?”, tulisnya lagi.
Lusa.
“Apa kabar?”, tulisnya lagi dan lagi.
Ku pikir kami hampir sering sekali
menanyakan kabar kami masing-masing. Menanyakan kabar seperti dua orang yang
saling merindu.
Rasanya memang sedikit aneh yang biasanya
kami bertemu. Sama-sama berburu dan menari di bawah senja setiap harinya. Kini
hanya bisa saling bertukar kabar langit dari tempat masing-masing melalui si
kotak kecil itu. Masih ingat dengan kotak kecil yang tersimpan dalam lemari
penuh bintang dan warna-warna semesta? Nah dari situlah kami bertukar senja.
Bagaimana caranya?
Mudah. Ku bawa kotak kecil itu di tepian
laut, di antara pohon-pohon bakau dan ombak yang bergulung-gulung kecil, di tempatku
menyapa senja dalam kotakku saat ini. Ketika langit senja tertelan malam dan
bintang pertama muncul samar-samar, kubawa kembali kotak kecil pulang dan
kusimpan lagi dalam lemari kayu.
Selesai.
Kau tanya detailnya?
Tidak ada yang detail. Begitu saja. Aku
membawa kotak dan kubawa kembali. Sudah.
Menyebalkan?
Memang.
Aku tidak akan pernah menjelaskannya dengan
detail. Sekalipun kau memaksa, merengek, berguling-guling di hamparan pasir
pantai. Aku ingin tahu bagaimana kau bekerja dengan dirimu dalam lekuk-lekuk
dalam kepalamu itu. Hati-hati jangan sampai tersesat. Itu akan sangat gelap dan
senyap.
Jika kau sudah menemukannya, kau bisa
ceritakan padaku. Tenang saja, aku akan mendengarkanmu dengan seksama. Dan
untuk hal ini tidak ada yang benar juga tidak ada yang salah. Bahkan apa yang
aku ceritakan kepadamu seyogyanya tidak akan ada yang bisa menjamin apakah itu
benar atau salah. Yang membuatnya nampak benar atau salah adalah keyakinan dan
kepercayaan, satu lagi, sudut pandang. Bukan begitu?
Atau mungkin kau ingin sama-sama menangkap
senja bersamaku?
Temukan kotak kecilmu dulu.
…………