Menjemput Fajar
Kembali bersandar. Dalam lempengan logam yang melaju. Menjauh dari senja yang habis terenggut malam. Hitam. Pekat. Kelam. Dengan sendunya, tak rela meninggalkan senja sendirian di belakang. Kemerahan yang kini menghitam. Suara itu menderu-deru. Menyeruak. Mulanya senyap menjadi riuh, memainkan musik perjalanan panjang menjemput fajar. Wajah-wajah itu terlihat lelah. Sesak. Bosan. Wajah-wajah itu terlihat riang. Tawanya membelah di sepanjang...