Bercermin

Saya bertemu dengan orang. Saya tidak suka menyebut nama di sini. Yang ternyata adalah spesies mahluk seperti saya juga. Mahluk aneh. Lucu juga ketika berbagi cerita, karakter bahkan kesukaan kami nyaris sama persis.

Kami bercerita banyak tentang antara musik instrumental atau common music, antara alam atau mall, antara sepi atau ramai, antara patut atau tak patut diceritakan, antara teman atau pacar, antara bebas atau terikat. Banyak. Dan lucunya pandangan kita sama persis.

Yes. Dari luar kami memang terlihat sama seperti kebanyakan karena kami memang pada dasarnya mudah beradaptasi dalam lingkungan.

Akan tetapi banyak hal di pikiran kami yang berbeda dengan pandangan kebanyakan orang di sekitar kami; atau kami saja yang mungkin berada dalam lingkungan yang paradigma-nya berbeda.

Ketika saya dan seorang tadi saling bercerita. Rasanya aneh saja bertemu dengan orang yang sama persis karakter, pandangan, bahkan kesukaan. Rasanya seperti bercermin saja. Bahkan pengalaman hidup kami hampir mirip walaupun beda kasus. Dan bagaimana setiap detail kita menyikapi saat fase itu pun sama.

Selama itu kami hanya saling melempar kalimat, "Ya ampun wow sama persis, sama persis, dan sama persis", sambil tetawa.

Bahkan ketika bercerita tentang konflik dengan teman lawan jenis kami sering terlihat di mata yang lain bahwa kami ini terlalu cuek. Ya, sama. Kami dianggap terlalu cuek. Kami bukan cuek, hanya dalam pandangan kami, siapapun itu punya privasi. Privacy is privacy. Saya tidak akan mengusik privasi seorang ketika saya juga tidak ingin diusik privasinya. Kami hanya membatasi sharing untuk perkara privasi. kami saling menghargai ruang pribadi.

Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.