Selalu Ramah, Bapak :)

Beliau bapak loper koran yang selalu saya temui saat berhenti di lampu merah dekat kampus saya. Bapak loper koran setengah baya yang selalu berwajah ramah, selalu membawa koran dagangannya sambil tersenyum kepada semua orang yang sedang menunggu detik lampu bangjo berubah warna menjadi hijau.

Siang itu saya pulang dari kampus dan berhenti di lampu merah perempatan ring road dekat kampus tersebut. Menunggu lampu menjadi hijau, seperti biasa terlihat Pak loper koran tersebut dengan ramahnya menawarkan koran kepada para pengendara motor yang sama-sama sedang menunggu lampu menjadi hijau. Beliau berjalan di tengah motor, mobil, dan trans jogja yang sama-sama sedang menunggu lampu menjadi hijau. Sambil tangan kiri membawa setumpuk koran-koran dan tangan kanan membawa koran lain untuk ditawarkan, kemudian beliau mengarah ke arah tempat saya berhenti. Beliau tersenyum ramah sambil menawarkan koran lokal kepadaku saat itu. “Harga korannya berapa Pak? saya mau satu Pak”, saya bertanya kepada bapak loper koran tersebut. “3 ribu mbak”, jawab bapaknya sambil tersenyum. Kemudian saya mulai mencari-cari uang pas, di tas, dompet, hmm.. ternyata tidak ada, hanya ada uang 20 ribuan di dompet saya yang kemudian saya berikan untuk membayar koran tersebut. Bapak tersebut bilang, “Gak ada uang pas mbak?”. Saya menggeleng. Bapak tersebut sambil tersenyum, “Uangnya besok saja gak papa mbak, klo bsk lewat ke sini lagi, ini korannya dibawa dulu aja gpp”, kemudian beliau memberikan koran tersebut kepada saya. “Terimakasih Pak”, saya menerima koran dari bapak loper tersebut,hmm.. dengan agak sedikit tidak enak pada bapaknya, karena berhutang dulu, tapi kemudian bapaknya bilang ramah, “Besok gpp mbak”. Dalam hati, wah kagum, bapaknya kok bisa ya percaya sama orang yang belum dikenal, siapa tahu besok saya lupa atau bagaimana, kemudian tidak membayar koran tersebut, kan bisa jadi.

Di waktu lain, di tempat yang sama, saya pulang dari kampus siang itu, dan bapak loper koran ramah seperti biasa berjalan di tengah kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah. Berjalan dari depan ke belakang dan kembali ke depan melewati tepian trotoar. Di trotoar duduk ibu minta-minta, beliau berjalan ke arah ibu tersebut dan memasukkan uang seribuan ke dalam gelas plastik yang biasa digunakan ibu tersebut dalam kesehariannya di tempat itu. Terkadang sambil tertawa beliau mengajak ibu tersebut bercanda. 

Bukan seberapa besar materi yang diberikan bapak loper koran kepada ibu minta-minta tersebut, tapi ketulusan beliau untuk memberi

Beberapa hari lalu, saya pulang kampus agak sore, berhenti di lampu merah bersama pengendara motor lain; mahasiswa, anak SMA, mbak-mbak mas-mas pulang dari kerja, suami istri yang sedang boncengan entah dari mana, dan bapak-bapak samping saya (sepertinya pulang dari kerja akan menuju ke rumah), serta seperti biasa bapak loper koran yang ramah tersebut. Berjalan dari arah depan mobil di depan saya menuju ke arah bapak pengendara motor samping saya yang sepertinya ingin membeli koran beliau. Kasusnya sama seperti saya waktu itu, uang bapak pengendara motor tidak ada kembalian, dan bapak loper koran bersikap sama seperti saat beliau juga tidak ada uang kembalian untuk koran saya. Tetap dengan senyum ramahnya beliau memberikan koran tersebut kepada bapak pengendara motor samping saya. Hmm..entah tidak tahu besok bapak pengendara motor tersebut ingat atau tidak untuk membayar koran tersebut pada bapak loper (bukan berprasangka buruk loh, itu namanya banyak kemungkinan bisa terjadi), tapi semoga bapak pengendara tersebut juga orang yang baik :)

Kemudian terlintas saja di pikiran saya bahwa :

Oiya ya benar, tidak ada salahnya berbaik hati kepada orang lain, rejeki orang Tuhan yang mengatur, kita hanya menjalani dan berbuat baik saja dengan ikhlas, insyaAllah berkah :)

Selalu ramah Bapak, selalu tersenyum, dan selalu baik hati :)


Rasa Syukur

Jika untuk bisa bersyukur kita mengambil dari pendekatan "membandingkan nasib". Membandingkan nasib/kondisi kita dengan orang lain...

Powered by Blogger.