Pertunjukan "100% Yogyakarta"
By kirdianis
Read
Minggu lalu, pertunjukan teater yang bertajuk 100% Yogyakarta diadakan pada tanggal 31 Oktober dan 1 November 2015 di Concert Hall Taman Budaya, Yogyakarta. Kebetulan saya memilih menonton pada tanggal 31 Oktober nya. Malam itu Concert Hall TBY penuh dengan penonon yang antusias ingin menikmati pertunjukan yang akan disuguhkan, tidak hanya warga Jogja tapi juga ada om tante mbak mas bule di sana. Dan happy :D karena saya dapat tempat duduk pas di tengah, di depan panggung, hihi yeah..
Jadi.. 100% Yogyakarta merupakan rangkaian acara German Season (Jerman Fest). 100% Yogyakarta adalah pertunjukan tentang Yogyakarta dan berbagai pandangan yang disampaikan oleh 100 orang warganya. Pertunjukan ini hasil kolaborasi antara Teater Garasi dan Rimini Protokoll (teater asal Berlin).
Sebelum open gate, kami, penonton, oleh panitia diberi sebuah buku saku yang isinya tentang pertunjukkan yang nanti akan dipertunjukkan beserta profil 100 orang yang ada di atas panggung.
Untuk menjelaskan bagaimana mereka mencari 100 orang tersebut, ini saya kutip dari buku saku tersebut :
"Dengan cara menyebar ke sekeliling kota selama lebih 5 bulan, 100% Yogyakarta dimulai dengan memilih seorang anggota, yang kemudian harus mengajak serta anggota lainnya, yang selanjutnya akan mengajak serta anggota lainnya dan begitu seterusnya - seluruhnya berdasarkan kriteria umur, jenis kelamin, tipe penduduk, geografi, dan cerminan etnis.."
Jadi dalam 100 orang tersebut tercakup variasi umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Dari umur kurang dari setahun hingga umur 90 tahun. Dari warga lokal Jogja sampai warga luar Jogja dan warga asing yang tinggal di Jogja. Masing-masing mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai Yogyakarta dan masalah-masalah lainnya. Dari situlah pertunjukan ini menyampaikan potret-potret statistik dari berbagai pandangan yang dimiliki mereka yang dikemas dengan menarik sekali. Ceritanya dari 100 orang tersebut, 1 orang mewakili 1% dari warga Yogyakarta.
Pertunjukan ini menarik sekali, pake banget malah kalau kataku. XD
Wow setelah membaca buku kecil dari panitia tersebut, ternyata pertunjukkan bertajuk 100% ini sudah dipertunjukkan di berbagai negara. World tour dari 100%, awalnya tahun 2008 dipertunjukkan di Berlin, Jerman; kemudian ke negara-negara lain seperti Austria, Yunani, Norway, Great Britain, Denmark, Swis, Irlandia, Korea Selatan, USA, Belanda, dan yang lainnya, dan masih sampai sekarang. Dan ternyata tahun 2015 ini Indonesia kedapatan jatah tersebut dan dipertunjukkan di Yogyakarta ^^. Hihi. Setelah ini mereka juga akan mengadakan pertunjukan lagi 2016 dan 2017 di Great Britain, Australia, Hong Kong dan Taiwan.
Lanjut ke pertunjukan malam itu hehe
Awal pertunjukkan dimulai dengan perkenalan dari masing-masing orang tersebut. Lalu dilanjutkan dengan main show yang saya suka sekali ^^
Salah satu dari 100 orang tersebut. Namanya Chandra Wijaya/Chenny, masuk Jogja sejak 1996 sebab mendapat info bahwa penerimaan Jogja terhadap kaum waria sangat bagus, ia membandingkan dengan sulitnya waria mencari kontrakan di kota-kota lain, suka membaca buku yang berisi tentang kehidupan sosial. Pengalaman paling berkesan di Jogja adalah pernah diundang oleh suatu lembaga kebudayaan asing untuk memainkan keahliannya.
"Media tidak memberikan pendidikan yang baik tentang waria, mereka selalu menampilkan waria seperti badut. Itu kan yang kita lihat selama ini di televisi"
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Seeing Chenny, feel like I want to know more about her story. About her life as trans woman and the social responses to her. How she deal with it. How about her view regarding that.. Because it's not easy and there are a lot of stories when I look her face, her calm face that told me that she has been dealt with many things in her life during the time (maybe till now). Yang saya tahu dia punya hati yang sangat luas dari pembawaannya, pasti dia sudah banyak berdamai dengan banyak hal dalam hidupnya (from my perspective when I see her).
Lusia Regina Seraf Boas Gaharu, 6 tahun. Suka matematika dan bahasa Inggris di sekolahnya. Ingin jadi guru matematika cita-citanya. Setiap hari ia harus minum ARV (obat untuk menghadapi HIV) 12 jam sekali.
"HIV itu bikin pintar. HIV itu virus yang menyerang tubuh manusia"
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Selama pertunjukkan dek Seraf ini happy sekali. Lovely ^^
Marjono Tri Wiyono, 85 tahun, veteran, pejuang 45. Dulu ia berlatih perang di Gamping, kemudian dikirim ke Ambarawa untuk memperkuat barisan pejuang di sana, selesai perang beliau kembali ke Jogja. Kini beliau hidup tenang, merawat kebun dan kolamnya. Sebulan sekali beliau dengan sepeda tuanya menuju kantor pos untuk mengambil dana pensiunnya.
"Sekarang Jogja sudah lebih baik ketimbang dulu. Pembangunannya sudah merata, pembangunannya sudah baik sekarang."
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Suhadi, 75 tahun, juru parkir. Di usia yang sudah renta ini beliau masih bekerja sebagai juru parkir. Beliau masih berpegang teguh pada kepercayaan yang diturunkan nenek moyangnya. Salah satunya adalah kepasrahan pada Gusti yang Maha Kuasa. Hidupnya yang penuh cobaan dijalaninya dengan sabar. Ketika tubuhnya yang renta berkali-kali sakit, istrinyalah yang menggantikan pekerjaannya. Kini 4 anaknya sudah pada mentas dan mampu mendapatkan penghasilan sendiri. He proud of them.
"Sekarang jamannya sudah bubrah. Sebelum 1965 orang-orang dulu masih baik. Walaupun gak mampu tapi masih ada naluri. Sekarang gak ada sudah luweh-luweh."
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Di sampingnya tersebut adalah Ibu Endang Budi Lestari, istri bapak Suhadi ini.
"Kalau saya sedih saya cuma duduk di depan benteng Vredeburg. Saya sering duduk di sana, nanti kalau sudah bisa menangis saya pulang." (kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Beberapa orang yang saya highlight dalam perkenalan pemain yang dikemas dengan menarik. Sebenarnya masih banyak profil penampil-penampil dari berbagai kalangan.
Jadi.. 100% Yogyakarta merupakan rangkaian acara German Season (Jerman Fest). 100% Yogyakarta adalah pertunjukan tentang Yogyakarta dan berbagai pandangan yang disampaikan oleh 100 orang warganya. Pertunjukan ini hasil kolaborasi antara Teater Garasi dan Rimini Protokoll (teater asal Berlin).
Sebelum open gate, kami, penonton, oleh panitia diberi sebuah buku saku yang isinya tentang pertunjukkan yang nanti akan dipertunjukkan beserta profil 100 orang yang ada di atas panggung.
Untuk menjelaskan bagaimana mereka mencari 100 orang tersebut, ini saya kutip dari buku saku tersebut :
"Dengan cara menyebar ke sekeliling kota selama lebih 5 bulan, 100% Yogyakarta dimulai dengan memilih seorang anggota, yang kemudian harus mengajak serta anggota lainnya, yang selanjutnya akan mengajak serta anggota lainnya dan begitu seterusnya - seluruhnya berdasarkan kriteria umur, jenis kelamin, tipe penduduk, geografi, dan cerminan etnis.."
Jadi dalam 100 orang tersebut tercakup variasi umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Dari umur kurang dari setahun hingga umur 90 tahun. Dari warga lokal Jogja sampai warga luar Jogja dan warga asing yang tinggal di Jogja. Masing-masing mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai Yogyakarta dan masalah-masalah lainnya. Dari situlah pertunjukan ini menyampaikan potret-potret statistik dari berbagai pandangan yang dimiliki mereka yang dikemas dengan menarik sekali. Ceritanya dari 100 orang tersebut, 1 orang mewakili 1% dari warga Yogyakarta.
Pertunjukan ini menarik sekali, pake banget malah kalau kataku. XD
Wow setelah membaca buku kecil dari panitia tersebut, ternyata pertunjukkan bertajuk 100% ini sudah dipertunjukkan di berbagai negara. World tour dari 100%, awalnya tahun 2008 dipertunjukkan di Berlin, Jerman; kemudian ke negara-negara lain seperti Austria, Yunani, Norway, Great Britain, Denmark, Swis, Irlandia, Korea Selatan, USA, Belanda, dan yang lainnya, dan masih sampai sekarang. Dan ternyata tahun 2015 ini Indonesia kedapatan jatah tersebut dan dipertunjukkan di Yogyakarta ^^. Hihi. Setelah ini mereka juga akan mengadakan pertunjukan lagi 2016 dan 2017 di Great Britain, Australia, Hong Kong dan Taiwan.
Lanjut ke pertunjukan malam itu hehe
Awal pertunjukkan dimulai dengan perkenalan dari masing-masing orang tersebut. Lalu dilanjutkan dengan main show yang saya suka sekali ^^
Salah satu dari 100 orang tersebut. Namanya Chandra Wijaya/Chenny, masuk Jogja sejak 1996 sebab mendapat info bahwa penerimaan Jogja terhadap kaum waria sangat bagus, ia membandingkan dengan sulitnya waria mencari kontrakan di kota-kota lain, suka membaca buku yang berisi tentang kehidupan sosial. Pengalaman paling berkesan di Jogja adalah pernah diundang oleh suatu lembaga kebudayaan asing untuk memainkan keahliannya.
"Media tidak memberikan pendidikan yang baik tentang waria, mereka selalu menampilkan waria seperti badut. Itu kan yang kita lihat selama ini di televisi"
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Seeing Chenny, feel like I want to know more about her story. About her life as trans woman and the social responses to her. How she deal with it. How about her view regarding that.. Because it's not easy and there are a lot of stories when I look her face, her calm face that told me that she has been dealt with many things in her life during the time (maybe till now). Yang saya tahu dia punya hati yang sangat luas dari pembawaannya, pasti dia sudah banyak berdamai dengan banyak hal dalam hidupnya (from my perspective when I see her).
Lusia Regina Seraf Boas Gaharu, 6 tahun. Suka matematika dan bahasa Inggris di sekolahnya. Ingin jadi guru matematika cita-citanya. Setiap hari ia harus minum ARV (obat untuk menghadapi HIV) 12 jam sekali.
"HIV itu bikin pintar. HIV itu virus yang menyerang tubuh manusia"
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Selama pertunjukkan dek Seraf ini happy sekali. Lovely ^^
Marjono Tri Wiyono, 85 tahun, veteran, pejuang 45. Dulu ia berlatih perang di Gamping, kemudian dikirim ke Ambarawa untuk memperkuat barisan pejuang di sana, selesai perang beliau kembali ke Jogja. Kini beliau hidup tenang, merawat kebun dan kolamnya. Sebulan sekali beliau dengan sepeda tuanya menuju kantor pos untuk mengambil dana pensiunnya.
"Sekarang Jogja sudah lebih baik ketimbang dulu. Pembangunannya sudah merata, pembangunannya sudah baik sekarang."
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Suhadi, 75 tahun, juru parkir. Di usia yang sudah renta ini beliau masih bekerja sebagai juru parkir. Beliau masih berpegang teguh pada kepercayaan yang diturunkan nenek moyangnya. Salah satunya adalah kepasrahan pada Gusti yang Maha Kuasa. Hidupnya yang penuh cobaan dijalaninya dengan sabar. Ketika tubuhnya yang renta berkali-kali sakit, istrinyalah yang menggantikan pekerjaannya. Kini 4 anaknya sudah pada mentas dan mampu mendapatkan penghasilan sendiri. He proud of them.
"Sekarang jamannya sudah bubrah. Sebelum 1965 orang-orang dulu masih baik. Walaupun gak mampu tapi masih ada naluri. Sekarang gak ada sudah luweh-luweh."
(kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Di sampingnya tersebut adalah Ibu Endang Budi Lestari, istri bapak Suhadi ini.
"Kalau saya sedih saya cuma duduk di depan benteng Vredeburg. Saya sering duduk di sana, nanti kalau sudah bisa menangis saya pulang." (kutipan ringkas dari profil di buku saku)
Beberapa orang yang saya highlight dalam perkenalan pemain yang dikemas dengan menarik. Sebenarnya masih banyak profil penampil-penampil dari berbagai kalangan.
Untuk main show nya mereka akan bermain dengan statistik. Jangan bayangkan statistik yang membosankan, pertunjukan ini menyuguhkan statistik yang menyenangkan dan menarik untuk dinikmati :)
Pertunjukan "100% Yogyakarta"
Reviewed by kirdianis
on
November 08, 2015
Rating: 5